Minggu, 31 Maret 2013

Nikmatnya Ngentot Disungai dengan anak pak kades

Matahari hari mulai terbenam di ufuk barat ketika Jamaluddin Imam, yang lebih akrab dipanggil Imam, baru saja bangun dari tidurnya. Dengan mata masih mengantuk, Imam berusaha bangun dan mengambil handuk yang kemudian dililitkan dipinggangnya. Kemudian dia berjalan menuju sungai, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya.
Pemuda berusia 16 tahun, berwajah ganteng dan bertubuh atletis ini berjalan melintasi persawahan sambil bernyanyi kecil. Imam adalah figur pemuda kampung yang supel, ramah dan pintar bergaul. Ayahnya Pak Brata adalah seorang petani yang cukup berhasil. Pak Brata memiliki tiga orang istri. Imam anak satu-satunya dari isteri ketiga Pak Brata. Ibunya bernama Ani, biasa dipanggil Bu Ani, seorang penjual kue dipasar yang letaknya tidak begitu jauh dari kampungnya.
Menurut cerita orang-orang kampung, Imam bukanlah anak kandung Pak Brata. Ibunya sudah hamil tiga bulan ketika dikawin Pak Brata. Ibunya dihamili majikannya sewaktu ibunya masih menjadi TKW di Arab. Makanya, wajah Imam mirip dengan orang Arab.
Singkat cerita, Imam sudah hampir sampai disungai. Sore ini, Imam merasakan ada sesuatu yang lain dari biasanya. Dimana sungai tempatnya mandi, biasanya ramai. Tumben hari ini sepi sekali. Oh, mungkin aku bangun kesorean, pikir Imam dalam hati. Sambil melanjutkan langkahnya berjalan. Imam dikejutkan oleh suara seorang perempuan sedang merintih dan mendesah-desah. Suara itu

datangnya dari arah sungai. Imam merasa penasaran oleh suara-suara itu. Dia mendekati arah suara itu.
Alangkah terkejutnya Imam melihat pemandangan didepannya, yang membuat berdiri terpaku. Pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya langsung. Dimana, Mbak Minah tetangganya, sedang mandi sambil meraba-raba buah dadanya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Imam segera mencari tempat yang agak tersembunyi, mengintip Mbak Minah. Mbak Minah yang dalam keadaan telanjang bulat, tidak menyadari kalau didepannya seseorang sedang melihatnya dengan mata melotot dan jakun yang naik turun.
Wanita berusia 25 tahun, yang sudah setahun ditinggal suaminya menjadi TKI ini, semakin asyik meremas-remas buah dadanya.

“Akh.., ohh.., oohh.., ” desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulutnya, membuat Imam semakin terpukau memandangnya. Imam merasakan penisnya menegang dibalik celana dalamnya. Tanpa sadar dia menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya.
Imam meraba-raba kemaluannya yang makin lama makin mengeras. Imam semakin bernafsu saat Mbak Minah, meraba-raba vaginanya sendiri. Kemudian Mbak Minah memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Dicucuk-cucuknya vaginanya sendiri sambil mulutnya mendesah-desah. Membuat Imam semakin tak kuat menahan nafsu birahinya. Imam melepaskan handuk dan celana dalamnya lalu mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegak. Diraihnya kemaluannya, kemudian dikocok-kocoknya.
Saat Imam sedang asik mengocok-ngocok penisnya. Tanpa disadarinya Mbak Minah telah berdiri tanpa busana didepannya.

“Kamu lagi ngapaain Mam,” tanya Mbak Minah.

“Maaf.., Mbak.., maaf,” sahut Imam tergagap, tanpa melepaskan pandangan dari tubuh telanjang Mbak Minah.

“Kamu lihat ini ya,” tanya Mbak Minah sambil menunjuk vaginanya.
Imam hanya diam, tak menyahut. Hatinya berdebar-debar melihat tatapan mata Mbak Minah.

“Kamu suka Mam,” tanya Mbak Minah sambil tersenyum. Tanpa menunggu jawabab Imam, Mbak Minah menggerakkan tangannya meraih penis Imam.

“Aow, penismu gede sekali Mam, panjang lagi,” jerit Mbak Minah. Mbak Minah mengelus-elus lembut penis Imam dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya meraba-raba buah pelir Imam. Imam merasakan badannya panas dingin. Baru kali ini penisnya dipegang dan dielus-elus seorang

wanita.
Mbak Minah yang sudah berpengalaman bersetubuh dengan laki-laki, sangat tahu kalau Imam sangat menginginkannya. Tanpa melepaskan kocokkannya pada penis Imam, Mbak Minah mendekatkan mulutnya ke mulut Imam. Perlahan dikecupnya bibir Imam. Mbak Minah membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya mengisi rongga mulut Imam yang mulai terbuka. Imam menyambutnya lumatan Mbak Minah dengan pagutan yang hebat pula. Cukup lama mereka bercumbu. Mbak Minah kemudian melepaskan lumatannya pada mulut Imam. Kemudian dia menjilati leher Imam. Imam mendesah-desah merasakan nikmat.
Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mbak Minah kemudian menjilati dada Imam lalu turun dan berhenti dibawah pusar Imam. Cukup lama Mbak Minah memainkan lidahnya di bawah pusar Imam. Kemudian Mbak Minah berjongkok didepan Imam. Mbak Minah mendekatkan wajahnya keselangkangan Imam. Mbak Minah menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala penis Imam.

“Oohh.., Mbakk.., akh.., nik.. mat,” desah Imam penuh nafsu, ketika lidah Mbak Minah berputar dan menari-nari dikepala penisnya. Mbak Minah semakin bernafsu menjilati penis Imam, dari kepala penis sampai kepangkal dijilatinya. Tanpa sejengkalpun terlewatkan.

“Oohh.., Mbak.., Mbak.., enak,” jerit Imam saat Mbak Minah memasukkan penis Imam ke mulutnya.

Kepala Mbak Minah bergerak maju mundur mengulum penis Imam. Penis Imam disedotnya kuat-kuat

sampai pipi Mbak Minah kempot.

“Akhh.., truss.., Mbakk.., truss,” suara Imam seperti mengigau keenakan.
Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Minah, menyudahi kulumannya. Kemudian dia membentangkan handuknya diatas rumput. Imam disuruhnya tidur terlentang. Mbak Minah kemudian berjongkok diatas selangkangan Imam. Diraihnya batang penis Imam, dikocok-kocoknya sebentar lalu diarahkan

tepat kelubang vaginanya.
Mbak Minah mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit penis Imam memasuki lubang vagina Mbak Minah. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisnya amblas kelubang vagina Mbak Minah. Imam merasakan penisnya seperti dipijit-pijit. Baru pertama kali inilah penisnya masuk kelubang vagina wanita. Nikmatnya luar biasa. Apalagi saat Mbak Minah mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penis Imam keluar masuk dari lubang vaginanya. Kenikmatan yang sama juga dirasakan Mbak Minah. Sudah setahun lebih dia tidak merasakan nikmatnya bersetubuh. Apalagi penis Imam jauh lebih besar dari kepunyaan suaminya.
“Ohh.., Mams.., penismu.., enak banget,” desis Mbak Minah.

Mbak Minah semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Diselingi gerakkan berputar dan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Imam tak mau tinggal diam, pantatnya disodok-sodokkan ke atas dan ke bawah seirama gerakkan Mbak Minah. Tangannya meremas-remas pantat Mbak Minah.
Sekitar empat puluh menit sudah mereka bersetubuh. Mbak Minah semakin mempercepat gerakan pantatnya, ketika dirasakannya orgasmenya hampir sampai. Demikian juga Imam semakin cepat dia menyodok-nyodokkan pantatnya.

“Ohh.., Mam.., akuu.., mauu.., keluarr,” jerit Mbak Minah.

“Akuu.., juga.., Mbakk,” sahut Imam.

“Keluarin di dalem aja Mam, lebih enak,” pinta Mbak Minah.

Imam mengaggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Mbak Minah. Beberapa detik kemudian tubuh mereka sama-sama mengejang, keringat mereka bercucuran. Dan hampir bersamaan, mereka berteriak lantang ,” Aku.., keluarr.” Dan tumpahlah sperma Imam yang cukup banyak dilubang vagina Mbak Minah.
Mbak Minah kemudian dia turun dari tubuh Imam, dan berjongkok disamping. Diraihnya penis Imam dan dikocok-kocoknya sebentar. Mbak Minah mendekatkan kepalanya keselangkangan Imam. Sambil tersenyum penuh arti, Mbak Minah menjilati penis Imam. Sisa-sisa sperma dipenis Imam dijilatinya sampai bersih.
Setelah beristirahat sebentar, Mbak Minah kemudian mengenakan pakaiannya. Membiarkan Imam yang masih terlentang tanpa busana.

“Mam, nanti malam ke rumahku ya, akan kulayani kamu sampai pagi,” bisik Mbak Minah ditelinga Imam. Imam mengangguk, kemudian bangkit dan mengecup bibir Mbak Minah dengan mesra.

“Makasih Mbak, Mbak telah memberiku pelajaran yang luar biasa. Sambil melangkah pergi, Mbak Minah tersenyum bangga, telah berhasil meraih keperjakaan Imam.
Imam kemudian turun kesungai untuk membersihkan. Dia merasa bangga, karena hari ini dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Pengalaman pertama kali menikmati enaknya vagina wanita. Pengalaman yang sudah lama diidam-idamkannya.
Malam harinya Imam datang kerumah Mbak Minah, memenuhi undangannya. Imam berdiri didepan pintu rumah, lalu mengetuknya.

“Mbak, Mbak Minah,” panggil Imam.

“Masuk aja Mam, nggak dikunci,” sahut Mbak Minah dari dalam.
Imam kemudian masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Dia melangkahkan kakinya mendekati kamar Mbak Minah. Didalam kamar Mbak Minah telah menunggunya. Saat Imam memasuki kamar Mbak Minah, didapatinya Mbak Minah sedang duduk diatas ranjang tanpa mengenakan selembar benang. Kedua kakinya terbuka lebar-lebar. Mbak Minah menyuruh Imam mendekat dan berjongkok dilantai.

“Mam, jilatin vaginaku sayang,” pinta Mbak Minah.

Imam menuruti permintaan Mbak Minah. Dia lalu berjongkok dilatai. Wajahnya didekatkan

keselangkangan Mbak Minah. Lidahnya dijulurkan dan ditempelkan ke bibir vagina Mbak Minah.

Dan Imam mulai menggerak-gerakkan lidahnya, menjilati bibir vagina Mbak Minah.
“Ohh.., Mam.., enakk.., truss.., truss,” desah Mbak Minah keenakkan saat lidah Imam memasuki lubang vaginanya. Lidah Imam menari-nari didalam vagina Mbak Minah. Kelentit Mbak Minah dicucuk-cucuk dan disedot-sedotnya. Pantat Mbak Minah terangkat-angkat menerima jilatan Imam. Bibirnya mendesis. Sesekali Imam memindahkan jilatannya kelubang anus Mbak Minah. “Akhh.., akuu.., tak.., tahan.., Mam,” desis Mbak Minah sambil meraih kepala Imam dan membenamkannya keselangkangannya.
Beberapa menit berlalu, Imam menyudahi jilatannya. Kemudian dia berdiri sambil melepaskan

seluruh pakaiannya. Setelah semuanya terlepas, Imam meraih penisnya yang sudah setengah tegang.

Dikocok-kocoknya penisnya sendiri hingga tegang penuh. Setelah dirasa cukup Imampun menempelkan penisnya kelubang vagina Mbak Minah. Didorongnya tubuh Mbak Minah, hingga terlentang diranjang. Kedua kaki Mbak Minah diangkat tinggi-tinggi, hingga ujung kaki Mbak Minah berada diatas bahunya.
Dengan sekali dorongan saja, penis Imam melesat masuk ke lubang vagina Mbak Minah yang telah basah dan memerah.

“Aow Mam, pelan-pelan sayang,” jerit Mbak Minah.

Tanpa menghiraukan jeritan Mbak Minah, Imam memaju mundurkan pantatnya, membuat penisnya

keluar masuk dilubang vagina Mbak Minah.

“Mam.., teruss.., sayang.., sodok teruss,” pinta Mbak Minah penuh nafsu.

“Mbak.., enak.., banget.., Mbak,” sahut Imam.

Imam semakin mempercepat sodokkannya ketika dirasakannya vagina Mbak Minah berkedut-kedut, otot-otot vagina Mbak Minah menegang dan menjepit penisnya.
“Mam,..akuu.., mauu.., ke., keluarr,” teriak Mbak Minah.

Beberapa menit kemudian Mbak Minah menjerit sangat keras,”

Mams.., akuu.., keluarr,”.

Tubuh Mbak Minah mengejang. Tangannya mencengkeram sprei dengan keras. Dan Mbak Minahpun meraih orgasmenya. Cairan-cairan hangat merembes dari lubang vaginanya. Membasahi penis

Imam.
“Kamu belum keluar Mam,” tanya Mbak Minah beberapa saat setelah berhasil menguasai dirinya.

“Mbak akan puaskan kamu Mam,” kata Mbak Minah, sambil menarik tubuhnya. Mbak Minah kemudian menungging, membelakangi Imam, dengan kaki berpijak dilantai sementara tangannya mencengkeram tepi ranjang.

“Mam, masukkin penismu keanusku,” perintah Mbak Minah, sambil meraih penis Imam yang ada dibelakang pantatnya. Imam memajukkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh lubang anus Mbak Minah.

“Dorong Mam, dorong,” pinta Mbak Minah tak sabaran. Imam menuruti kemauan Mbak Minah, didorongnya pantatnya lebih maju. Dan sedikit demi sedikit batang penisnya memasuki lubang anus Mbak Minah. Setelah seluruh batang penisnya masuk, Imam mulai memaju mundurkan pantatnya. Sempitnya lubang anus Mbak Minah menjepit penis Imam. Mbak Minah mengimbangi gerakkan Imam dengan menyodok-nyodokkan pantatnya, sambil mencucuk-cucuk vaginanya sendiri.
Imam semakin bersemangat mendorong-dorong pantatnya, saat dirasakannya penisnya berkedut-kedut.

“Mbakk.., akuu.., mau., keluarr,” jerit Imam dengan nafas terengah-engah.

“Aku juga Mam, kita keluarin bareng Mam,” sahut Mbak Minah.
Beberapa menit kemudian Imam merasakan otot-ototnya menegang. Dan crot.. crot.. crot..

Imam menumpahkan spermanya didalam lubang anus Mbak Minah.
Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi. Sampai badan mereka kelelahan dan tertidur. Sejak saat itu, hampir setiap malam mereka menikmati persetubuhan. Imam ketagihan atas pelayanan yang diberikan Mbak Minah. Begitu juga Mbak Minah sangat puas. Rasa kesepiannya yang telah setahun

ditinggal suaminya, kini terobati. Nafsu birahinya yang meledak-ledak kini tersalurkan.

Siang hari itu, Imam pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil dia melangkah menuju rumahnya. Begitu membuka pintu rumahnya Imam terkejut, pintu rumahnya tidak

terkunci. Imam merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan mengendap-endap Imam masuk kedalam rumahnya. Samar-samar Imam mendengar suara orang mendesah-desah diselingi rintihan-rintihan. Imam penasaran dibuatnya. Imam berusaha mencari sumber suara-suara itu.
Ketika dia mendekati kamar ibunya, suara-suara itu, semakin keras terdengar. Imam menghentikan langkahnya didepan kamar ibunya. Suara itu semakin keras terdengar. Ibu lagi ngapain ya, pikirnya. Rasa ingin tahunya semakin kuat, Imampun mengintip dari lubang pintu.
Alangkah terkejutnya Imam, melihat pemandangan di dalam kamar ibunya. Didalam kamar, Bu Ani, ibunya sedang berdiri sambil memeluk tubuh Pak Kades. Tangan Bu Ani melingkar dipinggang Pak Kades. Sedangkan tangan Pak Kades sedang meremas-remas pantat Bu Ani, yang padat berisi.
Tanpa melepaskan tangannya dari pantat Bu Ani, Pak Kades mencium pipi Bu Ani, kemudian menjulurkan lidahnya mengecup bibir Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya, menyambut kecupan Pak Kades dengan lumatan-lumatan yang tak kalah hebatnya. Saking asiknya mereka bercumbu, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengintip dengan hati yang panas. Bahkan percumbuan mereka makin

panas saja.
Beberapa saat berlalu, Pak Kades melepaskan lumatannya pada bibir Bu Ani. Tangannya kemudian bergerak melepaskan seluruh pakaian Bu Ani. Setelah semuanya terlepas, Pak Kades memandangi sebentar tubuh Bu Ani yang telanjang bulat sambil berdecak kagum.

“Oh, luar biasa An, tubuhmu masih sexy,” puji Pak Kades.

Bu Ani tersenyum mendengar pujian Pak Kades, sambil menggerakkan tangannya, melepaskan seluruh pakaian Pak Kades. Kini kedua insan berlainan jenis itu sama-sama telanjang bulat.
Tanpa membuang waktu, Pak Kades menyuruh Bu Ani tidur terlentang diatas ranjang. Kemudian Pak Kades merangkak diatas tubuh Bu Ani dengan posisi sungsang. Selangkangan Pak Kades berada diatas wajah Bu Ani, begitu juga sebaliknya. Wajah Pak Kades berada diatas selangkangan Bu Ani. Pak Kades membuka paha Bu Ani lebar-lebar, tangannya meraba-raba bibir vagina Bu Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Pak Kades mencucuk-cucuk lubang vagina Bu Ani dengan jari-jarinya.
“Ohh.., Mas.., enakk.., truss.., truss,” rintih Bu Ani saat Pak Kades mulai menjilati vaginanya. Pak Kades menyedot-nyedot kelentit Bu Ani yang memerah dan basah. Pantat Bu Ani terangkat-angkat menyambut jilatan-jilatan Pak Kades pada lubang vaginanya.

“Jilatin punyaku An,” pinta Pak Kades.

Bu Ani menuruti saja permintan Pak Kades. Tangannya meraih penis Pak Kades, yang sudah setengah

tegang. Dikocok-kocoknya sebentar, kemudian diarahkannya kemulutnya. Pak Kades menurunkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh mulut Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Bu Ani mulai menjilati kepala penis Pak Kades.
Lidahnya berputar-putar di kepala penis Pak Kades kemudian turun kepangkal. Seluruh Batang penis Pak Kades dijilatinya tanpa sejengkalpun terlewatkan.

“Ohh.., An.., nikmatt.., truss.., kulum.., truss,” desis Pak kades saat Bu Ani memasukkan penis Pak Kades kemulutnya. Pak Kades menaik turunkan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk dari mulut Bu Ani. Sesekali Bu Ani menggigit penis Pak Kades. Pak Kades meringis dibuatnya.
Sekitar dua puluh menit berlalu, Pak Kades merubah posisinya. Kini dia tidur terlentang diatas ranjang. Bu Ani disuruhnya naik keatas tubuhnya. Bu Ani mengikuti saja perintah Pak Kades. Bu Ani berjongkok diatas selangkangan Pak Kades. Diraihnya penis Pak Kades, dituntunnya kelubang vaginanya. Setelah dirasa pas, Bu Ani mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit penis

Pak Kades masuk kelubang vagina Bu Ani. BU Ani terus menurunkan pantatnya sampai seluruh batang penis Pak Kades amblas tertelan lubang vaginanya. Kemudian Bu Ani menggerakkan pantatnya naik turun. dimulai dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat. Sesekali Bu Ani memutar-mutar

pantatnya. Membuat penis Pak Kades serasa dipelintir.
Pak Kades tak mau ketinggalan. Dia menyodok-nyodokkan pantatnya mengimbangi gerakkan pantat Bu Ani. Imam yang dari tadi mengintip ibunya sedang bersetubuh dengan Pak Kades, sedikit kagum melihat goyangan pantat ibunya diatas tubuh Pak Kades. Nafsu birahinya bangkit. Dilepaskannya seluruh pakaian seragam sekolahnya. Setelah telanjang bulat, Imam meraih penisnya. Dikocok-kocoknya penisnya sendiri sambil mengintip. Tak terasa sudah tiga puluh menit Bu Ani menggoyang-goyangkan pantatnya. Bu Ani semakin cepat menggenjot tubuh Pak Kades, saat dirasakannya

orgasmenya sudah dekat. Demikian juga Pak Kades, sodokkan-sodokkan pantatnya semakin cepat.

“Ohh.., Mas.., akuu.., mauu.., keluarr,” jerit Bu Ani.

“Akuu.., jugaa.., An.., ” sahut Pak Kades.
Beberapa saat kemudian kedua insan yang sedang bersetubuh itu, merasakan otot-ototnya menegang. Diiringi teriakkan yang hampir bersamaan, tubuh mereka menggelepar. Pak Kades menyemprotkan spermanya didalam lubang vagina Bu Ani. Setelah menuntaskan birahinya, Bu Ani turun dari atas tubuh Pak kades, kemudian merebahkan tubuh dan tertidur disamping Pak Kades. Pak Kades kemudian bangkit dan mengenakan pakaian. Dipandanginya tubuh Bu Ani yang sedang tertidur pulas. Dengan melompati jendela kamar, Pak Kades keluar dari kamar Bu Ani.
Begitu Pak Kades keluar dari kamar ibunya, Imam yang sudah dirasuki nafsu birahi, segera membuka kamar ibunya. Sambil mengocok-ngocok penisnya yang sudah tegang, Imam memandangi wajah ibunya yang sedang tertidur pulas.
Nafsu setan sudah merasuki diri Imam. Tanpa berpikir panjang Imam segera menindih tubuh ibunya. Kedua kaki ibunya, dibukanya lebar-lebar. Kemudian Imam menggenggam penisnya dan diarahkan kelubang vagina ibunya. Dan Imam mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit, sampai

seluruh penisnya amblas tertelan lubang vagina ibunya. Saat Imam mulai menggerakkan pantatnya naik turun, Bu Ani terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia, saat tahu Imam, anak kandungnya sedang menyetubuhinya.
“Mam, jangan Mam, aku ibumu,” teriaknya berusaha berontak. Tapi sia-sia. Imam terlalu kuat baginya. Dengan mudah Imam meringkus ibunya. Imam memegang erat-erat kedua tangan ibunya dan menyumpal mulut ibunya dengan mulutnya. Dengan buasnya Imam melumat mulut ibunya. Bu Ani yang sudah kehabisan separuh tenaganya, sehabis bersetubuh dengan Pak Kades tadi tak kuasa melawan keberingasan anaknya. Perlawanannya mulai melemah.
Sodokan-sodokan penis Imam pada lubang vaginanya, pelan-pelan membangkitkan nafsu birahinya. Tanpa sadar Bu Ani mengimbangi gerakan pantat Imam, dengan menyodok-nyodokkan pantatnya. Sambil meracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat jorok, yang seharusnya tidak keluar dari

mulut seorang ibu. Imam semakin bersemangat menggopyang-goyangkan pantatnya.
“Ohh, Mam truss Mam, entot ibu Mam,” rintih Bu Ani merasakan nikmat. Imam semakin cepat memompa vagina ibunya, ketika dirasakannya vagina ibunya berkedut-kedut. Otot-otot vagina ibunya menegang. Bu Ani mencakar-cakar punggung Imam disertai teriakkan panjang.

“Mam.., ibu.., keluarr,” jeritnya. Vaginanya menjepit penis Imam dan tangannya menarik pantat Imam, membuat penis Imam semakin terbenam di lubang vaginanya. Dan akhirnya Bu Ani mencapai orgasmenya. Cairan hangat membasahi dinding vaginanya.
Imam yang belum mencapai orgasmenya, membalikkan tubuh ibunya lalu menarik kaki ibunya hingga menjuntai ke lantai. Kemudian dia mendekatkan wajahnya kelubang anus ibunya. Imam menjulurkan lidahnya menjilati lubang anus ibunya. Jilatan-jilatan Imam membangkitkan lagi nafsu birahi ibunya. Bu Ani pasrah saja atas perlakuan anaknya. Bu Ani menggelinjang, saat Imam mencucuk-cucuk lubang anusnya. Tangannya bergerak kebelakang meraih kepala Imam, membenamkannya dipantatnya.
Puas menjilati anus ibunya, Imam meraih penisnya. Dituntunnya kelubang anus ibunya. BU Ani berteriak kesakitan, saat Imam memaksakan penisnya menembus lubang anusnya. Rasa panas dan perih pada dinding dan bibir anusnya tak tertahankan lagi. Bu Ani berusaha berontak menghindar, tetapi tangan Imam yang menekan punggungnya, membuatnya tak berdaya. Imam mulai mendorong dan menarik

pantatnya memompa lubang anus ibunya. Tubuh Bu Ani terguncang-guncang oleh sodokkan-sodokkan anaknya. Dia melolong menahan rasa sakit yang luar biasa.
Dengan terus menyodomi ibunya, Imam memeluk tubuh ibunya dari belakang dan meremas-remas buah dada ibunya. Nafasnya terengah-engah. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali.Saat mendekati puncak birahinya, Imam mempercepat pompaanya. Diiringi lolongan panjang, Imam menyemprotkan spermanya dilubang anus ibunya. Membasahi bibir dan dinding anus ibunya.
Sesaat kemudian Imam bangkit dan menyuruh ibunya duduk ditepi ranjang. Imam menyodorkan penisnya kemulut ibunya. Meminta ibunya menjilati sisa-sisa spermanya. Bu Ani menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan, menolak permintaan anaknya. Tapi Imam tak kehabisan akal. Ditariknya kepala ibunya dan dibenamkan keselangkangannya lalu dipencetnya hidung ibunya. Membuat ibunya kesulitan bernafas dan terpaksa membuka mulutnya. Saat itulah Imam langsung menyodokkan penisnya dan menjejalkan kemulut ibunya.

“Ayo Bu, isep sampai bersih,” pinta Imam.

Dengan sangat terpaksa, dan menahan rasa jijik, Bu Ani mengulum penis anaknya dan menjilati sisa-sisa sperma anaknya.
Malam itu, Imam memaksa ibunya melayani nafsu birahinya sampai pagi. Sampai dia benar-benar puas. Bu Ani tak kuasa menolak keinginan anaknya.Hari-hari berikutnya, Bu Ani menjadi budak nafsu anaknya. Dia harus selalu siap melayani nafsu birahi anaknya. Mula-mula Bu Ani melakukannya dengan terpaksa, tetapi lama-lama dia ketagihan juga disetubuhi anaknya.

Untuk menyambut datangnya Tahun Baru, dikampung Imam diadakan bermacam-macam hiburan. Mulai dari wayang kulit sampai dangdut. Hiburan yang paling disenangi Imam adalah dangdut, terutama goyangan erotis penyanyi wanitanya yang membangkitkan nafsu birahi.
Saat malam Tahun baru tiba, sekitar jam 20.00 WIB, Imam bergegas berangkat kelapangan bola menonton dangdut bersama teman akrabnya Joni. Jaraknya sekitar dua kilo dari tempat tinggal Imam. Acara baru saja mulai ketika Imam tiba disana. Namanya juga acara gratis, penontonnya banyak sekali.
Saking asiknya menikmati pertunjukkan, Imam tak sadar kalau temannya Joni tak ada lagi disampingnya. Imampun celingukan mencari Joni. Saat mencari Joni, Imam bertemu dengan Titi, anak Pak Kades.

“Ti, ada lihat Joni nggak?,” tanya Imam.

“Nggak tuh, aku juga lagi cari Mbak Yuli, kamu ada lihat nggak?,” Titi balik bertanya.

“Ngga ada,” sahut Imam pendek.

“Mam, tolong anterin aku pulang ya!,” pinta Titi.

“Ntar deh, acaranya lagi bagus nih,” sahut Imam.

“Tolong dong Mam, aku takut pulang nih,” rengek Titi.
Lama-lama Imam kasihan juga sama Titi. Dengan setengah hati Imam mengantar Titi pulang. Untuk menuju rumah Titi yang berdekatan dengan rumah Imam, mereka harus melewati sawah dan kebun yang cukup gelap. Saat melewati perkebunan, tiba-tiba pohon berderak keras, mengejutkan mereka.

Tanpa sadar Titi memeluk tubuh Imam. Imam tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan. Dibalasnya pelukan Titi dengan dekapan yang erat. Imam mendekatkan bibirnya kebibir Titi. Dikecupnya bibir gadis itu. Tanpa diduga Titi membalas kecupan Imam. Mulutnya terbuka menyambut lidah Imam yang terjulur dan memasukkan kemulutnya.
Merasa mendapat angin segar, Imam menggerakkan tangan kirinya mengelus-elus punggung Titi, kemudian Imam menyusupkan tangan kirinya kebalik kaos ketat Titi. Semakin lama semakin panas mereka bercumbu. Sesaat kemudian, Imam menyudahi cumbuannya. Dibopongnya tubuh Titi yang sexy, ke sebuah rumah kosong tak jauh dari situ. Ketika sampai di rumah itu, dengan posisi berdiri sejajar, mereka bercumbu lagi, bahkan lebih panas lagi.
Setelah berhasil melepaskan kaos dan BH Titi, Imam meremas-remas pantat Titi yang montok. Membuat Titi menggerinjal-gerinjal merasakan nikmat. Titi memainkan tangannya kearah penis Imam yang sudah setengah tegang. Dan penis Imam semakin tegang saja, saat Titi menyusupkan tangan

kebalik celana dalam Imam. Dan mengocok-ngocok penis Imam. Luar biasa nikmat yang dirasakan Imam, dia sama sekali tidak menyangka. Titi yang masih belia, dan baru berumur 15 tahun, sangat lihai memainkan penisnya.
Beberapa saat kemudian Imam menghentikan cumbuannya. Kemudian dia berjongkok di depan Titi. Imam menyibak rok mini yang dikenakan Titi dan merenggangkan kedua kaki gadis itu. Sesaat Imam terpana memandang paha Titi yang putih mulus. Pangkalnya menggunduk dibungkus celana dalam

transparan, sehingga samar-samar Imam dapat melihat bentuk vagina Titi yang dihiasi bulu tipis kemerahan. Sambil menciumi dan menjilati pangkal paha Titi, Imam menyusupkan tangannya ke balik celana dalam Titi. Meremas-remas vagina Titi. Titi mendesah-desah merasakan nikmat.
“Ohh.., Mas.., enakk.., truss,” desah Titi saat Imam menjilati vagina dari balik celana dalam. Membuat Imam semakin bersemangat menjilati vagina gadis itu. Sesaat kemudian Imam melepaskan rok dan celana dalam Titi. Kini vagina Titi yang dihiasi bulu-bulu tipis terpampang di depan mata Imam. Mata Imam terbelalak melihat pemandangan di depannya yang begitu indah.
Imam menjulurkan lidahnya dan memainkannya dibibir vagina Titi. Sedikit demi sedikit mulai masuk kelubang vagina Titi. Imam mencucuk-cucuk vagina Titi sambil meremas-remas pantat gadis belia itu. Saking nikmatnya, Titi mendorong maju pantatnya dan membenamkan kepala Imam di selangkangannya.
Beberapa saat kemudian Titi merasakan otot-otot vaginanya menegang.

“Mas.., akuu.., tak tahan,” jerit Titi dibarengi dengan keluarnya cairan hangat yang merembes didinding vaginanya. Titi telah mencapai orgasmenya.

Setelah diam beberapa saat, Imam kemudian berdiri. Sambil melepaskan seluruh pakaiannya, Imam menyuruh Titi tidur terlentang dilantai beralaskan celana dan kaosnya. Titi menuruti saja perintah Imam. Kemudian Imam mengangkangi wajah Titi. penisnya yang sudah tegang penuh, disodorkan kemulut Titi. Titi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Dia mulai menjilati penis Imam, dari kepala turun kepangkal. Buah pelir Imam tak luput dari jilatannya.
“Oohh.., Tii.., enak.., banget,” desis Imam menahan nikmat, saat Titi memasukkan penis Imam kemulutnya. Imam memaju mundurkan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk dari mulut Titi. Sekitar dua puluh menit Titi mengulum penis Imam yang besar dan panjang. Imam kemudian mencabut penisnya dari mulut Titi. Kemudian Imam berjongkok diselangkangan Titi. penisnya diarahkan tepat kelubang vagina Titi.

“Aow.., sakit.., Mas.., jangan,” pekik Titi saat penis Imam yang keras dan kaku mulai menembus lubang vaginanya yang masih perawan.

“Tahan Ti, lama-lama pasti enak,” sahut Imam sambil terus mendorong maju pantatnya.
Baru setengah batang penisnya masuk, Imam menarik lagi kemudian mendorongnya lagi.

“Aow.., Mas.., ampun,” pekik Titi lebih keras, saat seluruh batang penis Imam masuk kelubang vaginanya dan merobek selaput daranya. Darah segar mengalir dari lubang vagina Titi, merembes kesela-sela pahanya.
Imam tak menghiraukan jeritan Titi. Dengan sangat bernafsu Imam menaik turunkan pantatnya. Setelah sepuluh menit Imam menggoyang-goyangkan pantatnya, jeritan-jeritan Titi mulai melemah kemudian menghilang, berganti dengan desahan-desahan nikmat. Desahan-desahan dan jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut Titi membuat Imam semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Tiga puluh menit berlalu, Titi menjepitkan kedua kakinya kepinggang Imam. Pantatnya terangkat. Tampak Titi akan orgasme. Imam juga merasakan hal yang sama, penisnya berkedut-kedut. Imam mempercepat gerakkan pantatnya.
“Oohh.., sshh.., oohh,” pekik mereka hampir bersamaan. Tubuh keduanya menggelinjang hebat saat mencapai puncak kenikmatan. Imam membiarkan penisnya terbenam beberapa saat dilubang vagina Titi, kemudian dia merebahkan tubuhnya disamping gadis itu. Sesaat kemudian mereka tertidur pulas.
Sekitar satu jam tertidur, Imam terbangun karena merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di selangkangannya. Imam tersenyum ketika melihat Titi sedang mengocok batang penisnya. Pelan-pelan batang penis Imam mulai menegang. Ketika sudah tegang penuh, Titi menjilati, kemudian mengulum penis Imam.

“Truss.., Ti.., enakk.., nik.. matt,” desis Imam tertahan, merasakan nikmatnya kuluman Titi pada batang penisnya. Selang beberapa menit, Titi menyudahi kulumannya. Kemudian Titi berjongkok diatas selangkangan Imam. Tangan Titi meraih penis Imam dan mengarahkannya kelubang vaginanya. Pelan-pelan Titi mulai menurunkan pantatnya dan sedikit demi sedikit batang penis Imam masuk kelubang vaginanya. Imam merasakan batang penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang vagina Titi.
Setelah seluruh batang penis Imam masuk kelubang vaginanya, Titi segera menaik turunkan pantatnya. Mula-mula dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat. Imam mengimbangi gerakan pantat Titi dengan menyodok-nyodokkan pantatnya keatas. Seirama gerakkan pantat Titi.
Beberapa saat berlalu, mereka berganti posisi. Imam menyuruh Titi menungging, dengan tangan dan lutut bertumpu dilantai. Kemudian Imam berlutut dibelakang pantat Titi. Imam menggenggam penisnya lalu membimbingnya kelubang vagina Titi. Kedua tangan Imam memegang pinggang Titi.

“Aow.., enakk.., nikmat,” desah Titi, saat Imam mulai mendorong pantatnya dan mendorongnya dari belakang. Kedua buah dada Titi bergoyang-goyang seirama dorongan pantat Imam.Desahan dan jeritan Titi semakin keras ketika Imam semakin cepat memaju mundurkan pantatnya.

“Oohh.., Mas.., aku.., nggak kuat.., aku.., mau,” pekik Titi terputus-putus.

Beberapa saat kemudian tubuh Titi terhentak-hentak hebat dan mengejang mencapai klimaks.
Setelah Titi mencapai orgasmenya, Imam mencabut batang penisnya dari lubang vagina Titi. Kemudian dia berlutut dibelakang Titi, lalu dia mendekatkan wajahnya kepantat Titi. Imam menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati lubang anus Titi. Titi hanya diam menunggu dan tak mengerti apa yang akan dilakukan Imam. Dia membiarkan saja ketika lidah Imam mencucuk-cucuk lubang anusnya. Sekitar lima belas menit berlalu, Imam menyudahi jilatannya pada lubang anus Titi. Kini dia berdiri dibelakang Titi dan mengusap-usapkan kepala penisnya kelubang anus Titi.
Titi menjerit keras menahan sakit saat Imam mulai mendorong pantatnya dan batang penisnya memaksa masuk menembusi lubang anus Titi. Tanpa memperdulikan jeritan Titi Imam terus mendorong pantatnya hingga seluruh batang penisnya amblas tertelan lubang anus Titi. Tanpa membuang waktu lagi Imam langsung menggerakkan pantatnya maju mundur. Jeritan-jeritan Titi membuat Imam semakin bernafsu dan semakin bersemangat menggerakkan pantatnya dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, Imam merasakan orgasmenya sudah diambang pintu. Dia menggerakkan pantatnya semakin cepat dan liar.
Diiringi jeritan yang sangat panjang, Imam mencapai orgasmenya. Dia menekankan pantatnya kuat-kuat dan mencengkeram erat pinggang Titi. Dia menyemburkan sperma yang cukup banyak di lubang anus Titi. Setelah menuntaskan orgasmenya, Imam mencabut batang penisnya dan mendekatkannya ke wajah Titi. Sambil tersenyum Titi membuka mulutnya dan menjilati sisa-sisa sperma yang blepotan di penis Imam.
Setelah beristirahat beberapa menit, mereka mengenakan pakaian masing-masing. Sekitar jam 24.00 WIb, Imam mengantar Titi kerumahnya. Dalam perjalanan pulang, sambil memeluk erat pinggang Titi, Imam tak henti-hentinya tersenyum. Senyum penuh kemenangan karena berhasil membobol perawan anak Pak Kades, orang terhormat dikampungnya, yang selama ini

Cerita seks dengan mbak fani tetanggaku yang kesepian


Cerita sex ini merupakan kiriman dari anak muda yang mengalami cerita ngentot dengan seorang mbak-mbak. Memang ini menjadi sebuah hal yang sangat baru dikalangan anak muda palagi mbak fany kesepian suka ngentot ini sangat panas sekali ceritany jadi bisa menjadikan kontol kalian bisa berdiri tegak banget dech. Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi bagianku. Sekretasi itu namanya Fanny, tapi aku biasanya manggil mbak fanny, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari aku.

Mbak Fanny adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu . Satu lagi yang aku suka dari mbak Fanny, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak fanny yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu.

Mbak fanny sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Fanny, mas Budi adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Fanny sering ditinggal 6 sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas budi, suaminya, karena beberapa kali saat mas Budi kembali ke indonesia mbak Fanny dan mas Budi mengajak aku jalan-jalan.

Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak fanny, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak fanny serius sekali membaca sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak fanny, karena aku hafal betul web site yang sedang dibaca mbak Fanny adalah website kumpulan cerita-cerita erotis.

Kemudian aku menggoda mbak Fanny dengan mengirim pesan YM ke dia :

“Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya…” isi pesanku ke dia

Mbak Fanny langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur paniknya.

“Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !” jawab dia masih melalui YM
“Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok ” jawabku lagi

Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya.
“Mas Budi masih lama pulangnya ya ?” tanyaku lewat YM
“He-eh, aduh jadi malu gara-gara ketahuan” jawab Mbak Fanny
“Mau dibantu gak ?” tanyaku menggoda
“Maksudnya ?” jawab dia
“Ya kan mbak kangen sama mas Budi, siapa tau saya bisa gantiin sementara ” jawabku nakal
“Maksudnya ?” tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti.
” kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website” jawabku tambah nakal

Mbak Fanny menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab “Awas ya, nanti aku aduin ke mas Budi, nanti tau rasa kamu”

Aku cuma tertawa sambil menjawab “He..he..he.. cuma becanda mbak”. Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia.
Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Fanny karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga seminggu kemudian mbak Fanny mengirim pesan YM ke komputerku.

“Yan, lagi sibuk banget ya ?” tanyanya melalui YM
“Iya nih mbak, kan deadline bulan depan” jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku yang bertumpuk.
“mmmmm…” jawabnya gak jelas.

Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan “Ada apa mbak, apa ada masalah ?”

Agak lama dia mengirim jawaban “Rian, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?”

Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. “Tawaran yang mana ya mbak, maaf aku lupa” jawabku
“Yang minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku” jawabnya lagi.

Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab “Bantuin apa ya ?”
“Ya udah kalo udah lupa ” jawabnya singkat

Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia.

“Wah maaf mbak, yang web site waktu itu ya, beneran nih ?” tanyaku penuh selidik.

Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab “Iya yang itu, mau nggak bantuin aku ?” tanyanya lagi.

Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak fanny yang cantik itu. Aku menjawab “Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?”

“Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya” jawabnya.
“OK” jawabku yang mengakhiri chat.

Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Fanny. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Ria anak mbak Fanny yang baru berumur 4 tahun.

“Ria kemana mbak ?” tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.
“Aku titipin kerumah neneknya” jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya.

Hari itu mbak Fanny seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem. Aku gak pernah lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sediki berbeda kali ini.

Setelah menaruh minuman di meja, mbak fanny duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk. Ditambah dari kaus tipisnya, aku dapat melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini.
Tapi sayang mbak fanny sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak fanny takut duluan.

Hingga satu saat mbak fanny terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan.

“Mbak..” kataku perlahan. Mbak Fanny cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari wajahnya.

“Mbak…” kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak fanny mengikuti tarikan tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.

Mbak fanny duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak fanny masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak fanny mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yang menyentuhnya.

Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak fanny cuma diam sambil menutup mata.

Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak fanny sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak fanny cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang sering aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak fanny melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak fanny bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya.
Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak fanny menata bantal sofa yang ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya mbak fanny tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak fanny kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba mbak fanny menarik celananya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini Aku membantu meloloskan celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang.

Aku tindih mbak fanny sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak fanny sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik penisku untuk diarahkan ke vaginanya. Hmm.. sepertinya mbak fanny sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak fanny masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak fanny melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga.

Mbak fanny terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak fanny menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar

Mbak fanny berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak fanny menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat.

Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak fanny begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak fanny terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku angkat mbak fanny dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur.

Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak fanny yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.
Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak fanny memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku.

“eh udah bangun mbak ?” tanyaku

Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. “Maaf ya Yan..” katanya manja.

“Maaf kenapa ?” tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.

“Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa” kata mbak fanny “Trus kamu gimana ?” tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana. “Enggak apa-apa kok mbak” jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi.

“Mau diterusin sekarang ?” bisik mbak fanny yang masih dalam pelukanku. “Nanti aja mbak” jawabku. “Kita makan malam aja dulu yuk” ajakku. Kemudian mbak fanny berdiri dan memakai bathrobe. “Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu” ajak mbak fanny kearah meja makan.

Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak fanny memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang mas budi jarang pulang. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati mas budi, tapi saat bertemu aku, mbak fanny menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak fanny langsung menanggapinya dengan serius.

Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak fanny duduk diantara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak fanny bersikap sangat manja kepadaku sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak fanny cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.

perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak fanny mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Mbak fanny tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga mbak fanny bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

“Mbak dikamar aja yuk” ajakku. Mbak fanny cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupun telanjang bulat.
Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi.

Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak fanny sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah mbak fanny dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan.

Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.

Pinggul mbak fanny semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangganya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak.

Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. “Kamu jahat sayang.. kamu jahat..” bisik mbak fanny saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak fanny meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak fanny pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, mbak fanny mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak fanny terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang.

Tak lama tubuh mbak fanny melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan “Aku cinta kamu mbak”. Mbak fanny tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

Rabu, 27 Maret 2013

Cerita Seks Nikmatnya Tubuh Tante Reni yang tidak Terlupakan

Perkenalan namaku Rendi. Dalam cerita keduaku setelah cerita Kak Linda, aku mau
berbagi kembali pengalamanku. Kalau belum membaca, aku mau memperkenalkan jati
diriku. Aku tinggal dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52
kg. Aku saat ini kuliah disalah satu universitas ternama di Jateng. Saat ini aku
mau langsung cerita pengalamanku saat aku masih duduk kelas 1 SMP tapi aku masih
ingat betul ceritanya.

Saat aku lulus di SD aku mendapat nilai yang sangat memuaskan. Seperti janji
ayahku kalau nilaiku baik aku akan dikirim di luar kota yang pendidikannya lebih
baik. Disana aku dititipkan dirumah pamanku, om Hari. Dia orang yang sangat kaya
raya. Rumahnya sangat megah tapi terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya
terdapat dua lantai dan dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari
orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante
Reni, wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante
Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak tubuhnya
tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok kira kira 34B.
Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta anugrah dari seorang
wanita.

Sesampainya dirumah Om Hari. Aku memasuki pintu rumah yang besar. Disana aku
disambut oleh Om Hari dan istrinya. Om Hari menjabat tanganku sedangkan Tante
menciumku. Aku agak sungkan dengan perlakuan seperti itu. Pembantu disana
disuruh membawakan tasku dan mengantarkan sampai di kamarku. Aku mendapat kamar
yang 3 kali lipat dari kamar tidurku dirumah. Setelah itu aku berkeliling rumah
melihat kolam renang serta sempat melihat kamar mandi yang tak terbayang olehku.
Disana terdapat tempat cuci tangan dengan cermin yang besar WC, bathup, dan dua
shower yang satu dengan kaca buram sedangan yang satu dengan kain yang
diputarkan membentuk 1/4 lingkaran (sorry aku nggak tahu namanya). Tempat itu
masih dalam satu ruangan tanpa penyekat.

Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om Hari datang menghampiriku dia bilang mau
pergi keluar kota. Dia juga mohon maaf tidak bisa menemaniku. Kami pun
mengantarkan sampai pagar rumah. Setelah itu aku kembali duduk menikmati suasana
kolam renang. Tiba tiba dari belakang muncul sosok yang sangat menawan. Tante
dengan baluatan piyama menghampiriku.

"Ren kamu suka nggak ama rumah ini"
"Suka banget Tante, kayaknya aku kerasan banget dengan rumah ini tiap sore bisa
renang"
"Kamu suka renang, yuk kita renang bareng, pas waktu ini udara sangat panas"

Wahh kebetulan aku bisa renang ama Tante yang bahenol. Waktu bertemu pertama
kali aku cuma bisa membayangkan bentuk tubuhnya waktu renang dengan balutan
swimsuit. Tapi ketika dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan aku tersedak
ketika dia hanya memakai Bikini yang sangat sexy dengan warna yang coklat muda.
Model bawahannya G-string.

"Huhuukk.. Aduh Tante aku kira Tante mau telanjang"
"Enak aja kalau kamu, Om bilang kamu suka bercanda"
"Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini seperti ini"
"Ihh ini sudah biasa Tante pake bikini kadang ada orang kampung ngintip Tante"
"Benar Tante.. Tapi sayang aku lupa bawa celana renang"
"Ah.. Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti aku suruh bi' Imah
suruh beli buat kamu, yuk nyebur.." segera Tante menyeburkan dirinya. Dengan
malu malu aku membuka bajuku tapi belum buka celana. Aku malu ama Tante. Lalu
dia naik dari kolam. Dia memdekatiku

"Ayo cepet.. Malu ya ama Tante nggak apa apa. Kan kamu keponakan Tante. Jadi
sama dengan kakak perempuan kamu."

Waktu dia mendekatiku terlihat jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak ada
bikini pake busa. Aku melirik bagian payudaranya. Dia hanya tersenyum.

Setelah itu dia kembali menarikku. Tanpa basa basi dengan muka tertunduk aku
melorotkan celana dalamku. Yang aku takutkan kepala adikku kelihatan kalau lagi
tegang menyembul dibalik celana dalamku. Setelah melepas celanaku langsung aku
berenang bersama Tante.

Setelah puas renang aku naik dan segera ke kamar mandi yang besar. Aku masuk
disana ketika aku ingin menutupnya, tidak ada kuncinya jadi kalau ada orang
masuk tinggal buka aja. Aku segera bergegas tempat dengan penutup kain. Aku
tanggalkan semua yang tertinggal ditubuhku dan aku membilas dengan air dingin.
Ketika hendak menyabuni tubuhku. Terdengar suara pintu terbuka, aku mengintip
ternyata Tanteku yang masuk. Kontan aku kaget aku berusaha agar tidak ketahuan.
Ketika dia membuka sedikit tempatku aku spontan kaget segera aku menghadap ke
belakang.

"Ehh.. Maaf ya Ren aku nggak tahu kalau kamu ada didalam. Habis nggak ada suara
sih"

Langsung segera wajahku memerah. Aku baru sadar kalau Tante sudah menanggalkan
bikini bagian atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya. Aku tahu
waktu tubuhku menghadap kebelakang tapi kepalaku lagi menoleh kepadanya.

"Maaf.. Juga Tante.. Ini salahku" jawabku yang seolah tidak sadar apa yang aku
lakukan. Yang lebih menarik telapak tangan Tante tidak cukup menutupi semua
bagiannya. Disana terdapat puting kecil berwarna cokelat serta sangat kontras
dengan besarnya payudara Tante.

"Tante tutup dong tirainya, akukan malu"

Segera ditutup tirai itu. Dengan keras shower aku hidupkan seolah olah aku
sedang mandi. Segera aku intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk
tempat shower. Dia berdiri didepat cermin. Disana dia sedang membersihkan muka,
tampak payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku
sedikit membuka tirai supaya aku dapat melihatnya. Aku bermain dengan adikku
yang langsung keras. Kukocok dengan sabun cair milik Tante. Ketika aku intip
yang kedua kali dia mengoleskan cairan disekujur tubuhnya. Aku melihat tubuh
Tante mengkilap setelah diberi cairan itu. Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia
mengoleskan disekitar payudaranya agak lama. Sambil diputar putar kadang agar
diremas kecil. Ketika sekitar 2 menit kayaknya dia mendesis membuka sedikit
mulutnya sambildia memejamkan mata. Sambil menikmati pemandangan aku
konsentrasikan pada kocokanku dan akhirnya.. Crot crot..

Air maniku tumpah semua ke CD bekas aku renang tadi. Yang aku kagetkan nggak ada
handuk, lupa aku ambil dari dalam tasku. Aku bingung. Setelah beberapa saat aku
tidak melihat Tante di depan cermin, tapi dia sudah berada di depan shower yang
satunya. Aku tercengang waktu dia melorotkan CDnya dengan perlahan lahan dan
melemparkan CDnya kekeranjang dan masuk ke shower. Setelah beberapa kemudian dia
keluar. Aku sengaja tidak keluar menunggu Tanteku pergi. Tapi dia menghampiriku.

"Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain didalam"

Kemudian aku mengeluarkan kepalaku saja dibalik tirai. Aku kaget dia ada
dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku tutup
kembali.

"Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak papalah?"
"Anu Tante aku lupa bawa handuk jadi aku malu kalau harus keluar"
"Aku juga lupa bawa handuk, udahlah kamu keluar dulu aja. Aku mau ambilkan
handukmu."

Tante sudah pergi. Akupun keluar dari shower. Setelah bebrapa menit aku mulai
kedinginan yang tadi adikku mengeras tiba tiba mengecil kembali. Lalu pintu
terbuka pembantu Tante yang usianya seperti kakakku datang bawa handuk, akupun
kaget segera aku menutupi adikku. Dia melihatku cuma tersenyum manis. Aku
tertunduk malu. Setelah dia keluar, belum sempet aku menutup auratku Tanteku
masuk masih tetap telanjang hanya aja dia sudah pake CD model g-string.

"Ada apa Tante. Kok masih telanjang" jawabku sok cuek bebek padahal aku sangat
malu ketika adikku berdiri lagi.
"Sudah nggak malu ya.., anu Ren aku mau minta tolong"
"Tolong apa Tante koq serius banget.. Tapi maaf ya Tante adik Rendi berdiri"
Dia malah tertawa."Idih itu sih biasa kalau lagi liat wanita telanjang" jawab
Tante.
"Begini aku minta Rendi meluluri badan Tante soalnya tukang lulurnya nggak
datang"

Bagai disambar petir. Aku belum pernah pegang cewek sejak saat itu. Pucuk
dicinta ulam tiba.

"Mau nggak..?
"Mau Tante."

Segera dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan lulur. Aku
ratakan disegala tubuhnya. Tiba tiba handukku terlepas. Nongol deh senjataku,
langsung aku tutupi dengan tanganku

"Sudah biarin aja, yang ada cuma aku dan kamu apa sih yang kamu malukan."

Dengan santainya dia menaruh handukku kelantai.

"Tubuh Tante bagus banget. Walaupun sudah punya anak tetap payudara Tante besar
lagi kenceng"

Aku berbicara waktu aku tahu payudaranya tergencet waktu dia tengkurap. Dan dia
hanya tersenyum. Aku sekarang meluluri bagian pahanya dan pantatnya.

"Ren berhenti sebentar"

Akupun berhenti lalu dia mencopot CDnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku tetap
tak berani menatap bagian bawahnya. Setelah beberapa waktu dia membalikkan badan
ke arahku. Lagi lagi aku tersedak melihat pemandangan itu.

"Ren Adikmu lagi tegang tegangnya nih kayaknya sudah hampir keluar nih."

Lalu dia menyuruh aku mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku supaya
agak meremas remasnya. Aku pun ketagian acara itu disana aku melihat puting
berwarna coklat muda lagi mengeras. Kadang kadang aku senggol putingnya atau aku
sentil. Dia memekik dan mendesah seperti ulat kepanasan.

"Ren terus remas.. Uhuhh remes yang kuat"
"Tante kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana" aku bertanya
dan dia hanya tersenyum ketika tanganku beralih di daerah vagina.

Ketika aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya. Aku gemetar ketika
tanganku menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur daerah itu sudah basah
dengan sendirinya. Aku disuruhnya terus mengusap usap daerah itu, kadang aku
tekan bagian keduanya.

"Ren pijatanmu enak banget.. Terus.."

Setelah aku terus gosok dengan lembut tiba tiba Tante menegang. Serr serr, aku
mencari sumber bunyi yang pelan tapi jelas. Aku tahu kalau itu berasal dibagian
sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas.

"Makasih ya atas acara lulurannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu ahli juga ya"
"Tentu Tante, kalau ada apa apa bisa andalkan Rendi"

Lalu dia pergi dari kamar mandi itu. Aku memakai handuk untuk menutupi bagian
tubuhku. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata dia berjalan jalan dirumah
tanpa sehelai benang pun. Aku pun segera masuk ke kamar tidur yang dipersiapkan,
tenyata ada pembantu yang tadi mengambilkan handuk sedang menata pakaianku ke
dalam almari.

"Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu telanjang" sebelum aku jawab.

Dia memberitahukan kalau Tante itu suka telanjang dan memamerkan tubuhnya ke
semua orang baik perempuan maupun laki laki tapi tidak berani kalau ada
suaminya. Pembantu itu juga memberitahukan kejadian yang aneh dia sering renang
telanjang dan yang paling aneh kadang kadang ketika dia menyirami bunga dia
telanjang dada di depan rumah tepatnya halaman depan, padahal sering orang lewat
depan rumah.

"Sudah ganti sana CD ada didalam almari itu tapi kayaknya anunya den Rendi masih
amatir" dia menggodaku.

Setelah melewati beberapa hari akupun sering mandi sama Tante bahkan hampir tiap
hari. Semakin dipandang tubuhnya makin oke aja. Itu semua pengalaman saya hidup
dirumah Tante Reni yang aduhai. Tapi aku kecewa waktu aku meninggalkan rumah
itu. Aku disana belum genap satu tahun. Karena harus balik lagi ke rumah karena
ayah ibuku bekerja diluar kota dan aku harus tunggu bersama kakakku Ana.

Cerita Seks Nikmatnya Bercinta Dengan Yussi

Perkenalanku dengan Yussi bermula dari chatroom. Waktu itu tahun 2001 dan aku masih duduk di tingkat 3 sebuah PTS di Medan dan usiaku masih 20 tahun. Sedangkan Yussi sudah berumur 22 tahun dan duduk di bangku kuliah tingkat akhir universitas swasta Jakarta Jurusan Teknik. Kala itu Yussi masih bekerja di perusahaan telekomunikasi swasta sebagai seorang programer.

Perkenalanku dengan Yussi semakin akrab walaupun kami tidak pernah ketemuan atau copy darat (maklumlah dia di Jakarta sedangkan aku di Medan). Setelah persahabatan kami berjalan 2 tahun akhirnya kami mempunyai kesempatan untuk ber-copy darat. Waktu itu bulan Desember 2003 aku memperoleh kesempatan untuk berlibur di Jakarta.

Singkat cerita akupun sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada tgl 26 Desember 2003 dan dengan berbekal beberapa lembar foto kirimannya, aku sore harinya pergi ke Mall Taman Anggrek untuk menemuinya.

Pertama sekali kumelihatnya, aku sungguh terpana. Bagiku, Yussi lebih cantik aslinya ketimbang di fotonya. Ditunjang lagi oleh penampilannya yang semakin dewasa yang disesuaikan dengan profesinya kini sebagai programer software di PT JS di kawasan Gatot Subroto Jaksel. Hal ini membuat aku semakin tertarik dengannya dan membuat birahiku naik secara perlahan-lahan.

Setelah bertemu, kami berdua mengelilingi Taman Anggrek hingga malam dan dinner disana. Setelah dinner kami berkesempatan mengelilingi Jakarta dan akhirnya kami pulang dan kuantar dia sampai ke rumahnya di kawasan Duri Kepa Jakarta Barat.

Pertemuan itu membawa kenangan tersendiri bagiku dan oleh sebab itu aku kembali mengajak Yussi keluar jalan-jalan keesokan harinya yang bertepatan dengan malam minggu.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku menjemput Yussi setelah itu kami pergi makan pagi bersama dan mengelilingi Jakarta beserta mallnya hingga jam 10 malam. Sebenarnya aku masih sangat ingin bersamanya hingga larut malam, namun Yussi menolak karena katanya tidak ada yang menjaga rumah, sebab Papa, Mama, Koko, Kakak ipar dan Dedenya sedang ke Bogor menghadiri kondangan familinya.

Sebenarnya aku kecewa juga mendengar penolakannya itu, tapi kekecewaanku ternyata tidak lama. Terbukti Yussi waktu itu langsung mengajakku untuk menginap di rumahnya, karena dia tidak berani tidur sendirian. Akupun tidak mengiyakan secara langsung penawarannya itu, aku berpikir beberapa menit. Setelah berpikir beberapa menit aku pun mengiyakan tawaran Yussi dan tampaknya ia sangat senang sekali. Akhirnya kami sampai di rumahnya pukul 10 lewat 30 malam.

Segera setelah turun dari mobil, Yussi membuka pintu pagar dan pintu rumah. Lalu akupun masuk ke dalam rumahnya yang lumayan besar itu dan menempelkan pantatku pada kursi sofa di ruang tamunya. Seketika itu pikiranku melayang-layang membayangkan seandainya aku dapat menyalurkan hasratku pada Yussi. Terus terang saja, selama ini aku selalu horny jika mendengar suara dari Yussi dan aku pun selalu beronani membayangkan sedang menyetubuhinya. Bahkan tidak jarang pada saat kutelepon dia, aku sedang naked dan beronani sambil bertelepon dengan dia dan Yussi pun tahu semuanya itu.

Setelah mengunci pintu rumahnya, Yussi permisi padaku untuk mandi dan aku pun mengiyakannya. Mendengar Yussi mau mandi pikiranku bertambah kotor setelah sebelumnya aku membayangkan bisa menyetubuhinya. Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat kuikuti langkah Yussi yang berjalan ke arah kamar mandi di ruang makan hingga aku melihat Yussi masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.

Akupun segera memutar otakku mencari celah agar dapat mengintip Yussi. Namun belum sempat aku mendapatkan cara mengintip yang pas, tiba-tiba Yussi keluar dari kamar mandi dengan naked dan berteriak karena ada kecoa. Aku yang melihat Yussi keluar dengan naked hanya bisa terpaku dan diam. Mataku langsung tertuju pada dua daging kenyal yang bergantung di dadanya. Sungguh indah sekali buah dada Yussi yang berukuran 34 A (kuketahui ukurannya, karena aku pernah menanyakan ukuran bra nya lewat SMS dan dia pun memberitahu aku) dengan putingnya yang berwarna kecoklatan. Ingin rasanya lidahku langsung menyeruput wilayah dadanya itu. Pandangan mataku kini tertuju pada lubang vaginanya yang ditumbuhi oleh ilalang asmara walaupun tidak begitu lebat. Penisku pun langsung bangkit dan berdiri tegak. Waktu itu yang hanya ada di pikiranku hanyalah bagaimana caraku untuk meniduri Yussi. Tanpa pikir panjang akupun mendekati Yussi dan kurangkul tubuhnya lalu kutempelkan bibirku pada bibirnya yang lembut mereka itu. Yussi tidak memberikan perlawanan bahkan ia pun mengulum bibirku.

"Ah.." dia mendesah.

Aku pun semakin berani setelah mendengar desahannya itu. Lidahku keluar masuk ke rongga mulutnya yang mungil dan tanganku pun bergerilya meremas-remas dan terkadang meraba-raba onggokan daging kenyal di dadanya sambil memilin-milin putingnya yang sudah mulai mengeras. Sementara itu ia juga mulai mencoba menarik resleting celanaku dan tanpa kesulitan dia berhasil menurunkan celanaku dan menarik kaosku serta melemparnya ke lantai kamar mandi. Saat itu, ia sedikit terkejut, ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh penisku yang masih dilapisi oleh celdamku.

"Oh.. Very big buanget kontolmu, Dave"

Aku hanya menanggapinya dengan senyum dan tanganku masih bekerja memilin-milin puting susunya. Ciumanku mulai kuarahkan ke lehernya dan terus turun ke bawah dan berhenti di bagian putingnya. Di sini aku permainkan putingnya yang indah itu dengan lidahku. Terkadang kuemut, kuhisap dan kugigit lembut putingnya itu, sehingga membuat Yussi tak kuasa untuk menahan hawa nafsunya yang sudah hampir meledak. Tampaknya ia juga sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan penisku karena Yussi sedang berusaha menarik turun sempakku. Dan kemudian tanpa halangan yang berarti Yussi akhirnya berhasil menurunkan celdamku.

"Jangan disini Yos, kita cari tempat yang enak, ok? Gimana kalau kita maen di kamar kamu Yos?"
"Oh iya.. Enakan di kamar gue. Kita bisa ngentot sampe puas".

Lalu kugendong tubuhnya ke loteng dan kubawa ke dalam kamar tidurnya dan selanjutnya kurebahkan tubuh bugilnya diatas ranjang alga yang empuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kuhisap puting susunya yang sudah semakin mengeras lagi.

"Ah.. Dave," pekiknya.
"Yos.. Toket loe indah buanget. Gue suka buanget sama toket loe," celetekku dengan penuh nafsu.
"Terus Dave.. Oh.. Geli.." desahnya.

Mendengar desahannya aku semakin bernafsu. Lambat laun ciumanku merambat turun ke pusarnya lalu ke gundukan di selangkangannya. Kemudian kumainkan clitorisnya dengan lidahku dan aku terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang vaginanya yang harum itu. Kemudian dia mengangkat pinggulnya dan berseru,

"Oh.. My god.. Is very great.. Oh.. God.."

Sementara aku masih mempermainkan wilayah vaginanya dengan lidahku, Yussi semakin kencang menggoyang-goyangkan pinggulnya, kemudian dengan tiba-tiba dia berteriak,

"Dave.. aku.. ke.. lu.. aarr.." dan seketika itu tubuh Yussi mengejang dan matanya terpejam.

Sementara itu di gua keramatnya terlihat cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya. Kuhisap cairannya itu dan kurasakan manis bercampur asin dengan aroma yang wangi dan hangat. Kuhisap cairannya dengan rakus sampai habis dan tubuhku kembali merambat ke atas menghisap putingnya kembali yang tampak indah bagiku. Rasanya bibirku masih belum puas menyusui putingnya itu.

Tak lama kemudian kulihat Yussi kembali menggeliat-geliat dan mendesah-desah. Ia tampak terangsang kembali dan memintaku untuk segera memasukkan penisku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3 cm ke dalam gua keramatnya yang sudah basah sekali.

"Ayo.. Dave.. Masukkan kontolmu ke memekku. Gue sudah enggak tahan lagi," pintanya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya dan secara perlahan-lahan namun pasti penisku pun mulai menyeruak masuk ke dalam lubang vaginanya yang masih sempit (maklumlah Yussi masih virgin) dan akhirnya penisku berhasil masuk 3/4 ke dalam lubang vaginanya.

"Aduh.. Pelan-pelan ya, please," erangnya sedikit tertahan.

Kembali kutekan penisku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan semua penisku ke dalam lubang vaginanya dan menyentuh dasar vaginanya.

"Oh.. Nikmat buanget.." katanya yang disertai dengan desahan halus.

Aku semakin bernafsu untuk menggenjotnya setelah mendengar desahan dan erangannya. Semakin dia mendesah, aku semakin mempercepat genjotanku di lubang vaginanya.

"Oh.. Dave.. ak.. uu.. suudahh.. ma.. uu.. kke.. luarr.. rr.. laggii.."
"Tahan Yos.. aku juga.. u.. da.. mau.. ke.. luuaarr, keluarkan di.. mana.. Yos?" tanyaku.
"Di.. Da.."
Belum sempat ia menjawab, aku sudah tak bisa menahannya lagi, sehingga akibatnya,
Crot.. Crot.. Crot.. Crot..!
Beberapa kali penisku menembakkan maniku yang banyak ke dalam lubang vaginanya dan saat itu juga aku merasakan cairan hangat Yussi beserta aliran darah perawannya menyelimuti batang penisku yang masih tegak di dalam vaginanya.
"Terima kasih Yos.. Kamu sudah memberikan aku kenikmatan malam ini.." ujarku sambil mengecup lembut bibirnya dan menarik keluar penisku.
"Aku juga ingin terima kasih ke kamu, karena telah memuaskan nafsuku untuk melakukan hubungan sex denganmu yang selama ini kupendam dalam anganku," katanya tanpa malu-malu dengan mata yang sayu.
"Ayo.. Kita mandi berdua," ajaknya sambil menarik tanganku.

Dan di kamar mandi itu, batang penisku kembali bereaksi ketika Yussi mengelus-elusnya. Tanpa malu-malu aku langsung menarik pinggang Yussi dan menyuruhnya menungging ke arahku. Aku pun secara perlahan lahan memasukkan penisku yang sudah menegang ke sela-sela pantatnya yang tidak begitu besar. Sejenak, Yussi tersentak, namun hal itu hanya berlangsung sebentar saja, karena Yussi kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya ketika dirasakan penisku sudah masuk semuanya ke dalam lubangnya.

"Ah.. Dave.. a.. kk.. uu.. ke.. ll.. uu.. aa.. rr.. l.. aa.. g.. ii.." erangnya dengan lembut.
"A.. k.. u.. juu.. ggaa.." kataku sambil menyemprotkan maniku ke lubang vaginanya kembali.

Setelah itu kami melanjutkan acara mandi kembali dan setelah mandi, sebelum tidur, aku mengentotnya sekali lagi. Keesokan paginya pada saat aku bangun jam 7 pagi kembali kugenjot dia dan malam harinya kami kembali ber-ML ria..
Sungguh liburan yang berkesan dengan teman chatting. Terima kasih Yussi atas virginmu.

Cerita Seks Simpanan Ayah Tiriku


Ayahku sudah sekitar 3 tahun meninggal dunia, meninggalkan ibu dan anak-anak, aku dan adikku Charles yang masih kecil. Kini Charles sudah duduk di kelas 8 SD sedang aku sudah tamat SMU, mulai kuliah di Akademi Pariwisata dan Perhotelan. Meski mendapat dana pensiun tetapi amat kecil jumlahnya. Maklum, ayahku hanya pegawai kecil di Pemda KMS. Untuk menyambung hidup dan membiayai sekolahku dan Charles, ibuku terpaksa membuka toko jamu di samping rumah. Lumayan, sebab selain jualan jamu ibu juga menjual rokok, permen, alat-alat tulis, pakaian anak-anak dan sebagainya. Tentu saja, aku membantu ibu dengan sekuat tenaga.
Charles masih terlalu kecil untuk bisa membantu dan mengerti tentang kesulitan hidup. Meski usia ibu sudah berkepala empat tetapi masih cantik dan bentuk tubuhnya masih bahenol dan menarik. Maklum ibu memang suka memelihara tubuhnya dengan jamu Jawa. Selain itu, sejak muda ibu memang cantik. Ibuku blasteran, ayahnya belanda dan Ibu Sunda. Ayahku sendiri dari suku Ambon tetapi kelahiran Banyumas. Ia lebih Jawa ketimbang Ambon, meski namanya Ambon. Selama hidup sampai meninggal ayah bahkan belum pernah melihat Ambon.
Ayah meninggal karena kecelakaan bus ketika bertugas di Jakarta. Bus yang ditumpanginya ngebut dan nabrak truk tangki yang memuat bahan bakar bensin. Truk dan bus sama-sama terbakar dan tak ada seorang penumpangpun yang selamat termasuk ayahku.
Sejak itu, ibuku menjanda sampai tiga tahun lamanya. Baru setahun yang lalu diam-diam ibu pacaran dengan duda tanpa anak, teman sekantor ayahku dulu. Namanya Sutoyo, usianya sama dengan ibuku, 42 tahun. Sebenarnya aku sudah curiga, sebab Pak Toyo (aku memanggil-nya “Pak” karena teman ayahku) yang rumahnya jauh sering datang minum jamu dan ngobrol dengan ibuku. Lama-lama mereka jadi akrab dan lebih banyak ngobrolnya daripada minum jamu. Kecurigaanku terbukti ketika pada suatu hari. ibu memanggilku dan diajaknya bicara secara khusus.
“Begini Cyn”, kata ibu waktu itu.
“Ayahmu kan sudah tiga tahun meninggalkan kita, sehingga ibu sudah cukup lama menjanda.”
Aku langsung bisa menebak apa yang akan dikatakan ibu selanjutnya. Aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui betapa sepinya ibu ditinggal ayah. Ibu masih muda dan cantik, tentunya ia butuh seseorang untuk mendampinginya, melanjutkan kehidupan. Aku sadar sebab aku juga wanita meski belum pernah menikah.
“Ibu tak bisa terus menerus hidup sendiri. Ibu butuh seseorang untuk mendampingi ibu dan merawat kalian berdua, kamu dan adikmu masih butuh perlindungan, masih butuh kasih sayang dan tentu saja butuh biaya untuk melanjutkan studi, kalian demi ibu sudi menikah kembali dengan Pak Toyo dengan harapan masa depan kalian lebih terjamin.
Kamu mengerti?” begitu kata ibu.
“Ibu mau menikah dengan Pak Toyo?” aku langsung saja memotongnya.
“Tidak apa-apa kok Bu, Pak Toyo kan orang baik, duda lagi. Apalagi dia kan bekas teman ayah dulu!”.
“Rupanya kamu sudah cukup dewasa untuk bisa membaca segala sesuatu yang terjadi sekelilingmu, Cyn”, ibu tersenyum. “Kamu benar-benar mirip ayahmu.”
Tak berapa lama kemudian ibu menikah dengan Pak Toyo dengan sangat sederhana dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat. Sesudah itu ibu diboyong ke rumah Pak Toyo, dan rumah kami, kios dan segala isinya menjadi tanggung jawabku. Ibu datang pagi hari setelah kios aku buka dan pulang sore hari dijemput Pak Toyo sepulangnya dari kantor.
Kehidupan kami bahagia dan biasa-biasa saja sampai pada suatu hari, sekitar empat bulan setelah ibu menikah, suatu tragedi di rumah tangga terjadi tanpa setahu ibuku. Aku memang sengaja diam dan tidak membicarakan peristiwa itu kepada ibuku, aku tidak ingin melukai perasaannya. Aku terlalu sayang pada ibu dan biarlah kutanggung sendiri.
Kejadian itu bermula ketika aku sedang berada di rumah ibuku (rumah Pak Toyo) mengambil beberapa barang dagangan atas suruhan ibu. Hal tersebut biasa kulakukan apabila aku sedang tidak kuliah. Bahkan aku juga sering tidur di rumah ibuku bersama adik. Tak jarang sehari penuh aku berada di rumah ibu saat ibu berada di rumah kami menjaga kios jamu.
Kadangkala aku memang butuh ketenangan belajar ketika sedang menghadapi ujian semester. Rumah ibu Sepi di siang hari sebab Pak Toyo bekerja dan ibu menjaga kios, sementara di rumah itu tidak ada pembantu. Siang itu ibu menyuruhku mengambil beberapa barang di rumah Pak Toyo karena persediaan di kios habis. Ibu memberiku kunci agar aku bisa masuk rumah dengan leluasa. Tetapi ketika aku datang ternyata rumah tidak dikunci sebab Pak Toyo ada di rumah. Aku sedikit heran, kenapa Pak Toyo pulang kantor begitu awal, apakah sakit?
“Lho, Bapak kok sudah pulang?” tanyaku dengan sedikit heran. “Sakit ya Pak?”.
“Ah tidak”, jawab Pak Toyo.” Ada beberapa surat ketinggalan. kamu sendiri kenapa kemari? Disuruh ibumu ya?”.
“Iya Pak, ambil beberapa barang dagangan”, jawabku biasa-biasa saja. Seperti biasa aku terus saja nyelonong masuk ke ruang dalam untuk mengambil barang yang kuperlukan.
Tak kusangka, Pak Toyo mengikutiku dari belakang. Ketika aku sudah mengambil barang dan hendak berbalik, Pak Toyo berdiri begitu dekat dengan diriku sehingga hampir saja kami bertubrukan. Aku kaget dan lebih kaget lagi ketika tiba-tiba Pak Toyo memeluk pinggangku. Belum sempat aku protes, Pak Toyo sudah mencium bibirku, dengan lekatnya.
Barang dagangan terjatuh dari tanganku ketika aku berusaha mendorong tubuh Pak Toyo agar melepaskan tubuhku yang dipeluknya erat sekali. Tetapi ternyata Pak Toyo sudah kerasukan setan jahanam. Ia sama sekali tak menghiraukan doronganku dan bahkan semakin mempererat pelukannya. Aku tak berhasil melepaskan diri. Pak Toyo menekan tubuhku dengan tubuhnya yang besar dan berat. Aku mau berteriak tetapi tiba-tiba tangan kanan Pak Toyo menutup mulutku.
“Kalau kamu berteriak, semua tetangga akan berdatangan dan ibumu akan sangat malu”, katanya dengan suara serak.
Nafasnya terengah-engah menahan nafsu. “Berteriaklah agar kita semua malu!”
Aku jadi ketakutan dan tak berani berteriak. Rasa takut dan kasihan kepada ibu membuat aku luluh. Pikirku, bagaimana kalau sampai orang lain tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang diperbuat suami ibuku terhadapku.
Belum lagi aku jernih berpikir Pak Toyo menyeretku masuk ke kamar tidur dan mendorongku sampai jatuh telentang di tempat tidur. Dengan garangnya Pak Toyo menindih tubuhku dan menciumi wajahku. Sementara tangannya yang kanan tetap mendekap mulutku, tangan kirinya mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Benda kecil licin segera dipaksakan masuk ke dalam mulutku. Benda kecil yang ternyata kapsul lunak itu pecah di dalam mulut dan terpaksa tertelan. Setelah menelan kapsul itu mataku jadi berkunang-kunang, kepalaku jadi berat sekali dan anehnya, gairah seksku timbul secara tiba-tiba. Jantungku berdebar keras sekali dan aliran darahku terasa amat cepat. Entah bagaimana, aku pasrah saja dan bahkan begitu mendambakan sentuhan seorang lelaki. Gairah itu begitu memuncak dan menggebu-gebu itu datang secara tiba-tiba menyerang seluruh tubuhku.
Samar-samar kulihat wajah Pak Toyo menyeringai di atasku. Perlahan-lahan ia bangkit dan melepaskan seluruh pakaianku. Kemudian ia membuka pakaiannya sendiri. Aku tak bisa menolak. Diriku seperti terbang di awang-awang dan meski tahu apa yang sedang terjadi, tetapi sama sekali tak ada niat untuk melawan.
Begitu juga ketika Pak Toyo yang sudah tak berpakaian menindih tubuhku dan menggerayangi seluruh badanku, aku pasrah saja. Bahkan ketika aku merasakan suatu benda asing memasuki tubuhku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Tak kuasa untuk menolak, karena aku merasakan kenikmatan luar biasa dari benda asing yang mulai menembus dan bergerak-gerak di dalam liang kewanitaanku. Kesadaranku entah berada di mana. Hanya saja aku tahu, apa yang sedang terjadi pada diriku, Aku telah diperkosa Pak Toyo!
Ketika siuman, kudapati diriku telentang di ranjang Pak Toyo (yang juga ranjang ibuku) tanpa busana. Pakaianku berserakan di bawah ranjang. Sprei morat-marit dan kulihat bercak darah di sprel itu. Aku menangis.., aku sudah tidak perawan lagi! Aku sudah kehi1angan apa yang paling bernilai dalam hidup seorang wanita. Aku merasa jijik dan kotor. Aku bangkit dan bagian bawah tubuhku terasa sakit sekali.., nyeri! Tetapi aku tetap berusaha bangkit dan dengan tertatih-tatih berjalan ke kamar mandi. Kulihat jam dinding, Wah.., Sudah tiga jam aku berada di rumah itu. Aku harus segera pulang agar ibu tidak menunggu-nunggu. Aku segera mandi dan membersihkan diri serta berdandan dengan cepat.
Kuambil barang dagangan yang tercecer di lantai dan segera pulang. Pak Toyo sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah kembali ke kantor. Kubiarkan ranjang morat-marit dan sprei berdarah itu tetap berada di sana. Aku tak peduli. Hatiku sungguh hancur lebur. Kebencianku kepada Pak Toyo begitu dalam. Pada suatu saat, aku akan membalasnya.
“Kok lama sekali?” tanya ibu ketika aku datang.
“Bannya kempes Bu, nambal dulu!” jawabku sambil mencoba menutupi perubahan wajahku yang tentu saja pucat dan malu. Kuletakkan barang dagangan di meja dan rasanya ingin sekali aku memeluk ibu dan memohon maaf serta menceritakan apa yang telah dilakukan suaminya kepadaku.
Tetapi hati kecilku melarang. Aku tak ingin membuat ibu sedih dan kecewa. Aku tak ingin ibuku kehilangan kebahagiaan yang baru saja didapatnya. Aku tak kuasa membayangkan bagaimana hancurnya hati Ibu bila mengetahui apa yang telah dilakukan suaminya kepadaku. Biarlah Untuk sementara kusimpan sendiri kepedihan hati ini.
Dengan alasan hendak ke rumah teman, aku mandi dan membersihkan diriku (lagi). Di kamar mandi aku menangis sendiri, menggosok seluruh tubuhku dengan sabun berkali-kali. Jijik rasanya aku terhadap tubuhku sendiri. Begitu keluar dan kamar mandi aku langsung dandan dan pamit untuk ke rumah teman. Padahal aku tidak ke rumah siapa-siapa. Aku larikan motorku keluar kota dan memarkirnya di tambak yang sepi. Aku duduk menyepi sendiri di sana sambil menguras air mataku.
“Ya Tuhan, ampunilah segala dosa-dosaku” ratapku seorang diri.
Baru sore menjelang magrib aku pulang. Ibu sudah dijemput Pak Toyo pulang ke rumahnya sehingga aku tak perlu bertemu dengan lelaki bejat itu. Kios masih buka dan adik yang menjaganya. Ketika aku pulang, aku yang menggantikan menjaga kios dan adik masuk untuk belajar.
Untuk beberapa hari lamanya aku sengaja tidak ingin bertemu Pak Toyo. Malu, benci dan takut bercampur aduk dalam hatiku. Aku sengaja menyibukkan diri di belakang apabila pagi-pagi Pak Toyo datang mengantar ibu ke kios. Sorenya aku sengaja pergi dengan berbagai alasan saat Pak Toyo menjemput ibu pulang.
Namun meski aku sudah berusaha untuk terus menghindar, peristiwa itu toh terulang lagi. Peristiwa kedua itu sengaja diciptakan Pak Toyo dengan akal liciknya. Ketika sore hari menjemput ibu, Pak Toyo mengatakan bahwa ia baru saja membeli sebuah sepeda kecil untuk adikku, Charles. Sepeda itu ada di rumah Pak Toyo dan adik harus diambil nya sendiri.
Tentu saja adikku amat gembira dan ketika Pak Toyo menyarankan agar adik tidur di rumahnya, adik setuju dan bahkan ibu dengan senang hati mendorongnya. Bertiga mereka naik mobil dinas Pak Toyo pulang ke rumah mereka. Karena tidak ada orang lain di rumah, sebelum Pukul sembilan kios sudah kututup.
Rupanya, setelah sampai di rumah dan menyerahkan sepeda kecil kepada adik, Pak Toyo beralasan harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya malam itu juga. Ibu tidak curiga dan sama sekali tidak mengira kelau kepergian suaminya sebenarnya tidak ke kantor, melainkan kembali ke kios untuk nemperkosaku.
Waktu itu sudah pukul sepuluh malam dan kios sudah lama aku tutup. Tiba-tiba saja Pak Toyo sudah ada di dalam rumah. Rupanya Ia punya kunci milik ibu sehinga ia bisa bebas keluar masuk rumah kami. Aku amat kaget dan ingin mendampratnya, tetapi kembali dengan tenang dan wajah menyeringai, Pak Toyo mengancamku “Ayo, berteriaklah agar semua tetangga datang dan tahu apa yang sudah aku lakukan terhadapmu!” ancamnya serius. “Ayo berteriaklah agar ibumu malu dan seluruh keluargamu tercoreng!” tambahnya dengan suara serak.
Sekali lagi aku terperangah. Mulutku sudah mau berteriak tetapi kata-kata Pak Toyo sekali mengusik hatiku. Perasaan takut akan terdengar tetangga, ketakutan nama ibuku akan menjadi tercoreng, kecemasan bahwa tetangga akan mengetahui peristiwa perkosaanku, aku hanya berdiri terpaku memandang wajah penuh nafsu yang siap menerkamku. Aku tak bisa berpikir jernih tagi. Hanya perasaan takut dan takut yang terus mendesak naluriku.
Sebelum aku mampu mengambil keputusan apa yang akan kulakukan, Pak Toyo sudah maju dan mendekap tubuhku. Sekali lagi aku ingin berteriak tetapi suaraku tersendat di tenggorokan. Entah bagaimana awalnya namun yang aku tahu lelaki itu sudah menindih tubuhku dengan tanpa busana. Yang jelas, malam itu aku terpaksa melayani nafsu suami ibuku yang menggebu-gebu.
Dengan ganas ayah tiriku itu memperlakukan aku seperti pelacur. Ia memperkosaku berkali-kali tanpa belas kasihan. Dengus nafasnya yang berat dan tubuhnya yang menindih tubuhku apalagi ketika ada sesuatu benda keras mulai masuk menyeruak membelah bagian sensitif dan paling terhormat bagi kewanitaanku membuat aku merintih kesakitan. Aku benar-benar dijadikannya pemuas nafsu yang benar-benar tak berdaya.
Pak-Toyo kuat sekali. Ia memaksaku berbalik kesana kemari berganti posisi berkali-kali dan aku terpaksa menurut saja. Hampir dua jam Pak Toyo menjadikan tubuhku sebagai bulan-bulanan nafsu seksnya. Bukan main! Begitu ia akan selesai kulihat Pak Toyo mencabut batangannya dari kemaluanku dengan gerakan cepat ia mengocok-ngocokkan batangannya yang keras itu dengan sebelah tangannya dan dalam hitungan beberapa detik kulihat cairan putih kental menyemprot dengan banyak dan derasnya keluar dari batang kejantanannya, cairan putih kental itu dengan hangatnya menyemprot membasahi wajah dan tubuhku, ada rasa jijik di hatiku selain kurasakan amis dan asin yang kurasakan saat cairan itu meleleh menuju bibirku, setelah itu ia lunglai dan terkapar di samping tubuhku, tubuhku sendiri bagai hancur dan tak bertenaga.
Seluruh tubuhku terasa amat sakit, dan air mata bercucunan di pipiku. Namun terus terang saja, aku juga mencapai orgasme. Sesuatu yang belum pernah kualami sebelumnya. Entah apa yang membuat ada sedikit perasaan senang di dalam hatiku. Rasa puas dan kenikmatan yang sama sekali tak bisa aku pahami. Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa terjadi, tetapi kadangkala aku justru rindu dengan perlakuan Pak Toyo terhadapku itu. Aku sudah berusaha berkali-kali menepis perasaan itu, tetapi selalu saja muncul di benakku. Bahkan kadangkala aku menginginkan lagi dan lagi! Gila bukan?
Dan memang, ketika pada suatu sore ibu sedang pergi ke luar kota dan Pak Toyo mandatangiku lagi, aku tak menolaknya. Ketika ia sudah berada di atas tubuhku yang telanjang, aku justru menikmati dan mengimbanginya dengan penuh semangat. Rupanya apa yang dilakukan Pak Toyo terhadapku telah menjadi semacam candu yang membuatku menjadi kecanduan dan ketagihan. Aku kini mulai menikmati seluruh permainan dan gairah yang luar biasa yang tak bisa kuceritakan saat ini dengan kata-kata.
Pak Toyo begitu bergairah dan menikmati seluruh lekuk-lekuk tubuhku dengan liarnya, akupun mulai berani mencoba untuk merasakan bagian-bagian tubuh seorang lelaki, akupun kini mulai berani untuk balas mencumbui, membelai seluruh bagian tubuhnya dan mulai berani untuk menjamah batang kejantanan ayah tiriku ini, begitu keras, panjang dan hangat. Aku menikmati dengan sungguh-sungguh, Luar Biasa!
Pada akhir permainan Pak Toyo terlihat amat puas dan begitu juga aku. Namun karena malu, aku tak berkata apa-apa ketika Pak Toyo meninggalkan kamarku. Aku sengaja diam saja, agar tak menunjukkan bahwa aku juga puas dengan permainan itu. Bagaimanapun juga aku adalah seorang wanita yeng masih punya rasa malu. Akan tetapi, ketika Pak Toyo sudah pergi ada rasa sesal di dalam hati. Ada perasaan malu dan takut. Bagaimanapun Pak Toyo adalah suami ibuku. Pak Toyo telah menikahi ibuku secara sah sehingga ia menjadi ayah tiriku, pengganti ayah kandungku.
Adalah dosa besar melakukan hubungan tak senonoh antara anak dan ayah tiri. Haruskah kulanjutkan pertemuan dan hubungan penuh nafsu dan maksiat ini?
Di saat-saat sepi sediri aku termenung dan memutuskan untuk menjauh dan Pak Toyo, serta tidak melakukan hubungan gelap itu lagi. Namun di saat-saat ada kesempatan dan Pak Toyo mendatangiku serta mengajak “bermain” aku tak pernah kuasa menolaknya. Bahkan kadangkala bila dua atau tiga hari saja Pak Toyo tidak datang menjengukku, aku merasa kangen dan ingin sekali merasakan jamahan-jamahan hangat darinya.
Perasaan itulah yang kemudian membuat aku semakin tersesat dan semakin tergila-gila oleh “permainan” Pak Toyo yang luar biasa hebat. Dengan penuh kesadaran akhirnya aku menjadi wanita simpanan Pak Toyo di luar pengetahuan ibuku.
Sampai sekarang rahasia kami masih tertutup rapat dan pertemuan kami sudah tidak terjadi di rumah lagi, tetapi lebih banyak di losmen, hotel-hotel kecil dan di tempat-tempat peristirahatan. Yah, disana aku dan Pak Toyo bisa bermain cinta dengan penuh rasa sensasi yang tinggi dan tidak kuatir akan kepergok oleh ibuku, kini aku dan ayah tiriku sudah seperti menjadi suami istri.
Untuk mencegah hal-hal yang sangat mungkin terjadi, dalam melakukan hubungan seks Pak Toyo selalu memakai kondom dan aku pun rajin minum jamu terlambat bulan. Semua itu tentu saja di luar sepengetahuan ibu. Aku memang puas dan bahagia dalam soal pemenuhan kebutuhan biologis, tetapi sebenarnya jauh di dalam lubuk hati-aku sungguh terguncang. Bagaimana tidak? Aku telah merebut suami ibuku sendiri dan ‘memakannya’ secara bergantian.
Kadangkala aku juga merasa kasihan kepada ibu yang sangat mencintaiku. Kalau saja sampai ibu tahu hubungan gelapku dengan Pak Toyo, Ibu pasti akan sedih sekali. Hatinya bakal hancur dan jiwanya tercabik-cabik. Bagaimana mungkin anak yang amat disayanginya bisa tidur dengan suaminya? Sampai kapan aku akan menjalani hidup yang tak senonoh dan penuh dengan maksiat ini?
Entahlah, sekarang ini aku masih kuliah. Mungkin bila nanti sudah lulus dan jadi sarjana aku bisa keluar dan lingkugan rumah dan bekerja di kota lain. Saat ini mungkin aku belum punya kekuatan untuk pergi, tetapi suatu saat nanti aku pasti akan pergi jauh dan mencari lelaki yang benar-benar sesuai dan dapat kuandalkan sebagai suami yang baik, dan tentunya kuharapkan lebih perkasa dari yang kudapatkan dan kurasakan sekarang.
Mungkin dengan cara itu aku bisa melupakan Pak Toyo dan melupakan peristiwa-peristiwa yang sangat memalukan itu

Nikmatnya Susu Tante Ayu yang montok


Aku masih duduk di bangku SMA saat itu. Di saat aku dengan teman-teman yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Usiaku masih terbilang hijau, sekitar sembilan belas tahun. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang wanita saat itu. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman wanita dikelasku waktu itu.

Hal ini jugalah yang membawa aku bersama 2 temanku Bambang dan Eko kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi kami saat duduk dibangku SMA dulu.

Semuanya bermula dari kegigihan Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya untuk tak melewatkan barang sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan wanita membawa aku, dia dan Eko kesebuah rumah di komplek pemukiman Griya Permai. Mulanya aku dan Eko sedang asyik bercanda,. Secara tiba-tiba Bambang menepuk pundakku dengan keras. Matanya tertuju kesatu rumah dengan tajamnya. Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan mengenakan rok mini baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu pagar rumah.

“Heh, bang. Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung melotot kayak begitu ?” tegurku.
“Elu itu buta ya, wan. Elu kagak lihat bagaimana bongsornya bodi tuh wanita ??” balasnya cepat.
“Bambang, Bambang.. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini” sambung Eko “Itu mata.. apa teropong”
“Wah, kalau untuk urusan wanita kita nggak pake mata lagi, men. Nih, pake yang disini nih.. dibawah sini” jawab Bambang sambil menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya.
“Kalau gua udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat” kata Bambang dengan senyum penuh nafsu.
“Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih ?!” tanya gue yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan pikiran-pikirannya.
“So pasti, men. Nih kontol udah kayak radar buat gua. Makanya gua tahu disana ada mangsa” jawab Bambang dengan lagi-lagi menunjuk ke arah kemaluannya.
“Gila lu, bang” kataku.

“Sekarang begini aja” ujar Bambang kemudian “Elu pada berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita ?”
“Elu itu udah gila kali ya, bang. Elu mau masuk kerumah itu perempuan ??” jawabku cepat.
“Udah deh.. berapa ? Goceng ??”tantangnya kepada kami. Sejenak aku, dan Eko hanyut dalam kebingungan. Teman kami yang satu ini memang sedikit nekat untuk urursan wanita.
“Goceng ??”potong Eko cepat “Wah gua udah bisa beli mie bakso tuh”
“Ha-alah, bilang aja kalau elu takut jatuh miskin. Iya kan, ko ?” balas Bambang dengan sedikit menekan.
“Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo” jawab Eko tak mau kalah.
“Oke, oke.. heh, heh, heh. Sekarang tinggal elu nih, wan. Kalau melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu”
“Heit tunggu dulu” ujar gue. Gue langsung cepat-cepat merogoh kantong celananya. Selembar uang kertas lima ribuan langsung dikibas-kibaskan didepan kedua mata Bambang.
“Gua langsung buktikan aja sama elu.. nih”
“Oke. Sekarang elu pada buka tuh mata lebar-lebar” kata Bambang kemudian.

Bambang langsung berjalan menuju kerumah yang dimaksud. Tampak disana sang pemilik rumah telah memasukkan mobilnya. Saat ia hendak menutup pagar, aku lihat Bambang berlari kecil menghampirinya. Disana kulihat mereka sepertinya sedang berbicara dengan penuh keakraban. Aneh memang temanku ini. Baru saja bertemu muka dia sudah bisa membuat wanita itu berbicara ramah dengannya, penuh senyum dan tawa.

Dan yang lebih aneh lagi kemudian, beberapa saat setelah itu Bambang melambaikan tangannya kearah kami bertiga. Dia mengajak kami untuk segera datang mendekatinya. Setelah beberapa langkah aku berjalan, kulihat Bambang bahkan telah masuk ke pekarangan rumah menuju ke pintu depan rumah dimana wanita itu berjalan didepannya. Bambang memang memenangkan taruhannya hari itu. Di dalam rumah kami duduk dengan gelisah, khususnya aku. Bagaimana mungkin teman kami yang gila perempuan ini bisa dengan mudah menaklukkan wanita yang setidaknya dua puluh tahun lebih tua usianya dari usia kami. Sesaat setelah Bambang selesai dengan uang-uang kami ditangannya, akupun menanyakan hal tersebut.

“Gila lu, bang. Elu kasih sihir apa tuh wanita, sampai bisa jinak kayak merpati gitu ??” tanyaku penasaran.
“Heh, heh, heh.. kayaknya gua harus buka rahasianya nih sama elu-elu pada” jawabnya.
“Jelas dong, bang. Goceng itu sudah cukup buat gua ngebo’at. Elu kan tahu itu” tambah Eko lagi.
“Begini. Kuncinya itu karena elu-elu semua pada blo’on” jelas Bambang serius.
“Apa maksudnya tuh !” tanya gue cepat.
“Iya, elu-elu pada blo’on semua karena elu-elu kagak tahu kalau perempuan itu sebenarnya tante gua.. tante Ayu, dia istrinya om harso, adik mama gue” tambahnya lagi.
“Wah, sialan kita sudah dikadalin nih sama… playboy cap kampak” kata Eko.
“Itu kagak sah, bang. Itu berarti penipuan”sambung gue.
“Itu bukan penipuan. Kalau elu tanya apa gua kenal kagak sama tuh perempuan, lalu gua jawab enggak.. itu baru penipuan” jelas Bambang.

Untung aja pertengkaran diantara gue dan teman-teman saat itu nggak lama karena tidak lama tante ayu yang ternyata tante si Bambang itu datang dengan membawa minuman segar buat kami.

“Ada apa kok ribut-ribut. Kelamaan ya minumannya ?” tanya tante Ayu. Suaranya terdengar renyah ditelinga kami dan senyumannya yang lepas membuat kami berempat langsung terhenyak dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
“Ah, nggak apa-apa tante” jawab Eko.

Bambang yang duduk disebelahnya terlihat serius dengan pikirannya sendiri. Baju t-shirt yang dikenakan tante Ayu memiliki belahan dada yang rendah sehingga disaat beliau membungkuk menyajikan gelas kepada kami satu-persatu, Bambang terlihat melongok-longokkan kepalanya untuk dapat melihat isi yang tersembunyi dibalik pakaian beliau saat itu. Aku sendiri bisa menyaksikannya, kedua payudara beliau yang besar, penuh berisi. Menggelantung dan bergoncangan berulangkali disetiap ia menggerakkan badannya.

“Ini tante buatkan sirup jeruk dingin untuk kalian, supaya segaran” jelas tante Ayu ”Hari ini panasnya, sih”

Saat tante Ayu selesai dengan gelas-gelasnya, iapun kembali berdiri tegak. Keringat yang mengucur deras dari kedua dahinya memanggil untuk diseka, maka beliaupun menyekanya. Tangan beliau terangkat tinggi, tanpa sengaja, ketiak yang putih, padat berisi terlihat oleh kami. Beberapa helai bulunya yang halus begitu menarik terlihat. Jantungku terasa mulai cepat berdetak. Karena saat itu juga aku tersadarkan kalau dibalik pakaian yang dikenakan tante Ayu telah basah oleh keringat. Lebih memikat perhatian kami lagi, disaat kami tahu bahwa tante Ayu tidak mengenakan BH saat itu.

Kedua buah puting susunya terlihat besar menggoda. Mungkin karena basah keringatnya atau tiupan angin disiang hari yang panas, membuat keduanya terlihat begitu jelas dimataku.

“Tante habis mengantar om kalian ke bandara hari ini. Jadi tante belum sempat beres-beres ngurus rumah, apa kabar mama papa kamu bang?” katanya lagi.
“eh oh, baik2 aja tante, tante kapan dong main ke rumah lagi” Bambang tampak grogi.
“duh tante lagi sibuk2nya ngurusin bayi, dulu juga tante ngurusin kamu, skr kamu udah ABG gini” tante ayu mencubit pipi Bambang. Bambang tersipu.

Ditengah pesona buah dada yang menggoda nafsu birahi kami semua, perhatian terpecah oleh tangisan suara bayi. Aku baru tahu kemudian, bahwa itu adalah anak tante Ayu dan om harso yang bungsu. Anak mereka baru dua dan yang sulung sudah kelas 6 SD. Jadi agak jauh bedanya dengan yang ke dua. Beliaupun terpanggil untuk menemuinya dengan segera.

“Kalian minum dulu, ya. Tante kebelakang dulu.. oh, iya Bambang. Tadi mama kamu tlp, nanti kamu jangan lupa tlp rumah ya bilang kalo kamu di sini”
“Iya tante.” kata Bambang.

Hanya selang beberapa menit kemudian, tante Ayu sudah menemui kami kembali di ruang tamu. Namun satu hal yang membuat kami terkejut kegirangan menyambut kedatangannya dikarenakan beliau terlihat asyik menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu tetapi buah dada yang menjulur keluar lebih menyilaukan pandangan jiwa muda kami berempat. Beliau sudah memakai BH namun satu cup nya di buka untuk menyusui bayinya.
Tante Ayu terlihat tidak acuh dengan mata-mata liar yang menatapi buah dada segar dimulut bayinya yang mungil. Ia bahkan terlihat sibuk mengatur posisi agar terasa nyaman duduk diantara Bambang dan Eko saat itu.

“Ini namanya Bobby” jelas tante Ayu lagi sambil menatap anak bayinya yang imut itu “Usianya baru sembilan bulan”
“Wah, masih kecil banget dong tante” balas Bambang.
“Iya, makanya baru boleh dikasih susu aja”
“ASI ya, tante ?” tanya Bambang polos.
“Oh, iya. Harus ASI, nggak boleh yang lain” jelas beliau dengan serius.
“Kalau orang bilang susu yang terbaik itu ASI, tante ?”
“Betul, Bambang. Dibandingkan dengan susu sapi misalnya. Ya, susu ibu itu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh” tambah tante Ayu penuh yakin.
“Mamaku juga suka bikinkan saya susu setiap pagi, tante” kata Bambang menjelaskan.
“Oh, iya… bagus itu”
“Tapi susu yang saya minum setiap hari.. ya, susu sapi tante” sambung Bambang lagi penasaran. Sementara tante Ayu masih terlihat sibuk dengan bayinya . Namun beberapa saat setelah itu beliau mengatakan sesuatu yang mengejutkan kami.
“Susu ibu tetap lebih bagus. Bahkan di India ada yang bisa menyusui anaknya hingga berusia sepuluh tahun”
“Wah, asyik juga tuh” sela Eko cepat.

Tante Ayu hanya tersenyum simpul.

Tiba2 entah mendapat ide gila dari mana Eko yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan nyeletuk dengan seenakknya.

“Coba ya kita bisa cicipin asi tante, duh pasti asyik ya?”

Kami semua, apalagi Bambang terkejut setengah mati. Tentunya dia lebih kaget krn itu adalah tantenya sendiri. Jantungku terasa berhenti berdetak saking kagetnya. Rasanya ingin lari saja dari ruangan itu karena malu dan takut dimarahi. Ternyata Tante Ayu tidak marah.

“yah kalo kalian mau, di dapur ada tuh ASI tante yang di peras dan masukan dalam botol.

Kami semua berpandangan.

“maksud kami langsung minum dari sumbernya tante’ kata Eko malu2. Tante Ayu melotot, Km sudah siap dia meledak mengomeli kekurangajaran Eko. Tapi ternyata tidak. Ia malah tertawa cekikikan, dadanya berguncang2.
“aduhhh kalian ini nakal sekali ya. Kalo langsung berarti kalian liat buahdada tante dong. Tapi kalian susah besaar, sudah ABG, 19 tahun kan kamu Bambang,Irwan dan Eko? Kami mengangguk serempak.
“emang kenapa kalo udah 19 tante?” aku memberanikan diri bertanya.

Tante menggosok2 rambutku dengan lembut.

“kalo sudah besar sudah ada nafsunya Irwan sayang. Masa mau liat buahdada wanita dewasa? terlalu besar resikonya memberikan payudara tante untuk kalian hisap,”

Mendengar tante menyebut kata “buahdada” saja sudah membuat darahku berdesir, aku yakin begitu juga dengan teman2ku. Namun setelah kami semua membujuk tante, serta berusaha meyakinkan tante bahwa kami tidak akan berbuat lebih dari mencicipi asi tante, beliau luluh juga. Apalagi setelah melihat mata Eko yang tampak sangat ‘ngenes’ menginginkan pengalaman baru yang bagi kami saat itu sudah sangat luar biasa.

“ya udah, tante mau deh. Tapi janji ya, kalian udah selesai sebelum oom kalian pulang”
“iya iya tante”
“Bambang, kalo papa mama kamu tau kamu nakal gini sama tante, bisa dicabut uang jajan kamu. Apalagi kalo tante bilang om harso, bisa dihajar kamu abis2an”
“ya jangan ngadu dong tante’ Bambang ketakutan.
“Dan janji ya kalian. hanya minum asi saja, tante nggak pengen kalian macem-macem sama tante. “Nggak kok, tante, kami janji” sambil berkata begitu mata kami bertiga tidak lepas dari dada tante Ayu sambil meneguk ludah berkali2. Tentunya kami akan berkata apapun agar mimpi km terpenuhi saat itu. Kami tidak sabar menanti pemandangan indah itu sebentar lagi. Tante sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum2 sendiri melihat kami tingkah bertiga. Tante meminta ijin untuk menaruh si bayi sejenak di boxnya. Kami duduk rapi berjejer di sofa. Tak lama tante muncul lagi dan berdiri di depan kami. Kami duduk manis dengan tegang. Tante hanya senyum2.
“Siap? Godanya.
“Ssss sssi ssiap tante” kata kami hampir serentak. Tante menyunggingkan senyum sekali lagi, maniss sekali.

Pemandangan yang ditunggu2 pun datanglah sudah. Tante meloloskan bagian atas dasternya yg sdh dlm posisi terbuka kancing atasnya secara perlahan. Kini bagian atas tubuh mulus itu hanya tertutup BH saja. Bagian bawah masih tertutup daster yang tersangkut di pinggangnya. Seksi abisss!! Jantung kami bertiga seperti ensemble perkusi saja berdetak kencang sekali, untung saja tante tidak mendengar. Kemudian tangannya meraih ke belakang punggunnya, meraih hook BH dan melepaskannya. Mata kami mengikuti setiap milisecond gerakan tante membuka bh tersebut dan memperlihatkan kulit dadanya yg putih mulus. Seperti kartu yang dipirit, dada kirinya tersingkap. Kini payudara kirinya benar2 bulat2 terpampang di hadapan kami tanpa terhalang kepala bayi lagi. Mula2 tante hanya membuka salah satu cupnya saja. Tapi kami protes.

“Dua2nya aja tante”.
“Ampun kamu pinter banget berdebat sih, iya deh tp janji ya jgn liar ngeliat tante telanjang dada yaa” sambil berkata demikian tante menuruti kemauan kami dengan membuka cup yang satunya lagi.
“nihh, puas?” goda tante ayu sambil mengerling menggoda ke arah kami.

Barulah terpampang di depan kami lengkap sepasang payudara yang super indah. Sungguh tidak ada celanya. Dengan puting yg merah muda, padhal usia tante sudah hampir 35 th tp mungkin karena kulitnya yang sangat putih dan perawatan yang baik sehingga payudaranya masih terliat sangat mengkal dan kencang, dg puting yg imut warna muda dan posisi mengacung ke atas. Tentu saja kami bengong, bungkam seribu bahasa sambil bengong menatap benda terindah yang pernah kami liat saat itu. Tante Ayu tersenyum meliat kegenitan bocah2 itu.

“gimana? masih montok kan? Kalian suka gk?”
“serentak kami menjawab: “suka suka tante”

Dia duduk di sofa, kami saling berpandangan siapa yang duluan mulai. Akhirnya Ekopun memulai duluan. Ia duduk di samping tante, mula2 ia memegang tante tante dan dipinggirkannya agar tidak menghalangi tubuhnya yang duduk merapat wanita cantik itu. Dengan gemetar dia mendekatkan mulutnya ke puting yang sangat menggoda tersebut. Tante tampak sedikit grogi. Dan akhirnya sampailah mulut Eko di surga dunia tersebut. Kedua bibirnya mengatup dan mengunci putting kiri tante. Dia langsung tergegas menghisapnya. Tante Ayu melenguh perlahan. Maklum, kali ini ‘bayi’ yang menyusu padanya adalah remaja tanggung dengan gigi yang lengkap! Tangan tante memegang kepala eko. Ia menggigit bibir bawahnya dan matanya mendelik ke atas. Pasti karena perasaan aneh yang melandanya saat itu.

Sungguh pemandangan yang menegangkan. Seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan sintal menurut kami, sudah menikah, membiarkan mulut seorang anak tanggung hinggap di payudaranya yang putih mengkal. Susu keliatan mengalir deras ke dalam mulut Eko. Keliatan dari mulut teman kami itu yang menggembung penuh oleh cairan. Dengan nekad Eko melanjutkan dengan meremas buah dada beliau serta mulai berani memainkan puting susunya dengan beberapa gerakan memelintir

“Pentil yg satunya nggak usah dipencet-pencet lagi. Udah keluar kok. Kamu coba langsung menghisapnya kayak anak tante ini” jelas beliau lagi. Setelah berapa lama, Eko pun tampak puas. Ia menarik mulutnya dari putting tante ayu yang keliatan mulai memerah sambil menyeka mulutnya. Sesekali ia melepas kenyotannya dan memainkan putting tante dengan sapuan melingkar lidahnya mengelilingi putting itu. Tante protes.
“Okhh Eko, apa2an sih kamu, jangan gitu, jangan dijilat2 doong” Eko menurut namun sesekali ia mencuri2 lagi kesempatan. Akhirnya tante keliatan rada kesal dan mendorong Eko menjauh.
“udah ah, cukup ah kamu, genit banget sih, jelek” dengan wajah dicemberut2kan, Eko menarik diri sambil nyengir.

Kini giliran Bambang. Awalnya dia juga tampak grogi banget, maklum, tante ayu kan istri oomnya sendiri. Dia kebingungan mengambil posisi harus bagaimana mulai menyusu. Aku dan Eko tidak tinggal diam untuk membantu. Tante pun kami baringkan dlm posisi telentang di sofa. Mula2 tante bingung tapi tetap menurut juga. Aku dan Eko meratakan kakinya di sofa, mata kami nanar melihat daster tante yg tipis dan menerawang, memperlihatkan celana dalamnya di balik itu. Ada bayangan hitam di sana, apalgi kalo bukan bulu2 halus kemaluan. Angan2 kami terus melambung tinggi mengharapkan dapat menikmati sesuatu yg lebih dari ASI malam itu. Apalagi kalau bukan ‘sari’ tante, tante Ayu sebagai wanita seutuhnya. Namun tentunya kita tidak bisa berharap angan itu akan menjadi kenyataan, untuk bisa berbuat ini saja kami sudah sangat beruntung.. Bambang merangkak di atas tubuh putih mulus itu. Mulutnya melahap dg rakus payudara kiri tante Ayu smtr tangannya sibuk membelai satunya lg. km melotot meliat kenekadan Bambang. Tante Ayu hanya tersenyum2 simpul sambil membelai kepala Bambang.

“ini dia keponakan tante yang paling nakal sama tantenya sendiri. Untung tante baik gk akan ngadu sama mamanya” Bambang merah mukanya.
“santai aja ya sayang. Gk usah terlalu bersemangat. Sakit lho. Tante gk ke mana2 kok” ujarnya perlahan. Sesekali ia merintih dan tubuh moleknya itu menggelinjang. Bambang terus menyedot seakan tidak ingat giliran yang lain. Bunyi berdecap terdengar kencang sekali. Otot payudara tante sampai tertarik ke atas. Terlihat jelas sekali urat2 payudara tante serta pori2nya. Kami sangat terangsang. Tante menggelinjang hebat, “ouwww Bambangdd, kok dijilat2 sihhh sayangg. km mau minum susu atau apa sih sayang, nggghhhhhh, ouhhh, ngghhhh, kamu dan eko sama genitnya nihh”
“minum susu tante” ujar Bambang tersipu.
“itu namanya mencabuli tante sayang, gak boleh ya, kamu sudah mulai besar tapi belum cukup dewasa untuk berbuat cabul begtu, yah? Awas kmu macem2 tante aduin mama kamu yaa”

Bambang nyengir malu. Ia menghentikan aksinya sebentar. Sambil terus menatap nanar puting merah muda tersebut. Kemudian kembali menghisap tanpa jilatan seperti permintaan tante Ayu. Yg tidak bisa dihindarkan adalah penisnya yang membengkak dari balik celananya menyundul2 selangkangan tante Ayu. Wanita molek itu menyadari hal itu dan mencoba memposisikan dirinya tidak seperti sedang disetubuhi remaja tersebut, tapi Bambang tetap memaksakan sehingga tante Ayu terpojok di pojok atas sofa tanpa bisa berontak lebih lanjut.

“Bambang, Bambang, Bambang, stop dulu sayang, stop stoppp”

Bambang menyetop aksinya.

Tante duduk sambil melotot:

“inget gk sama janji kamu tadi?” omelnya. Tapi dia tidak tampak marah betulan, mungkin hanya kesal.

Bambang menunduk. “maaf tante, kebawa emosi”

“iya tante ngerti kalian ini masih tinggi2nya libido di usia kalian itu, tante kan sudah kasih kalian kesempatan untuk sedikit menikmati keindahan tubuh wanita. Tante rela sedikit memperlihatkan tubuh tante untuk kalian krn tante sayang kalian. Untuk memperlihatkan buahdada tante ke kalian saja, tante sudah terbilang nekad, apalagi tante kan bersuami dan kalian sudah cukup beruntung”. Kami hanya mengangguk-angguk.
“kalo tadi penis si Bambang melejit dan nyelonong masuk vagina tante gimana? Masa kamu mau penetrasi tante sendiri? Kamu kebayang gk dosanya sperti apa? kalo kalian gk mau kontrol, tante batalkan saja deh acara minum susu ini,” ambeknya.
“jangan-jangan tante, kita janji deh” aku menyela. Yg lain juga mendukung sambil mengangguk-angguk.

Sisa malam itu kami menghormati peraturan yang tante berikan, kami hanya strict dengan acara menghisap payudara tanpa embel2 kenakalan lain walaupun harapan kami bisa lebih beruntung daripada itu. Sambil mengenakan kembali BHnya tante menepuk2 kepala kami satu per satu. “tante senang kalian mengikuti aturan tante. Tante harus tegas walaupun tante tau kalian pasti sangat terangsang bisa melihat isi BH tante, tante yakin kalian sudah membayangkan bisa menyetubuihi tante bukan?”

Alangkah malunya kami tante bisa menebak piikiran kami. Kami hanya mengangguk-angguk lemah sambil menundukkan kepala.

“Bukannya tante munafik, terus terang tante agak2 penasaran juga gimana rasanya kalian setubuhi, pemuda2 setampan dan segagah kalian. Tapi tante akan terus merasa bersalah sama oom kalian kalo tante menuruti emosi membiarkan tubuh tante kalian nikmati. Kalau kalian menghormati om harso, tentu kalian menghormati beliau kan? Bayangkan perasaan oom kalo tau istrinya kalian setubuhi bertiga? Coba kalo kelak kalian punya istri kemudian disetubuhi orang lain, anak2 tanggung lagi. Kalo kalian terus menurut begini, tante gk keberatan kalo kalian ingin lagi sekali2 nikmati dada dan susu btante.” Kami tentunya tidak bisa berbuat lain selain mengangguk-angguk.
“Ngomong2, kalo kalian ingin lepaskan, buang aja dulu tuh di kamar mandi tante, tapi ingat ya, siram lho. Tante gk mau oom liat genangan sperma di kamar mandinya” sambil berkata begitu tante tersenyum ke arah kami bertiga. Malunya bukan kepalang lagi mendengar tante tahu saja tekanan biologis kami. Kami pun masuk kamar mandi untuk mengluarkan isi ‘peluru’ kami. Namun Bambang belum, ckup lama setelah kami keluar, Bambang akhirnya keluar juga.
“tante, aku gk bisa”
“lho kenapa? Ya sudah di ruma saja nanti ya sayang’ kata tante.
“hmmm, tante boleh nggak aku keluarin di antara dada tante?’ ucapnya malu2.
“Tante tersenyum. “iya deh liat ke sini.km kbyakan liat bf kyknya nih.sini”

Bambang memelorotkan celananya. Tante berjongkok di depan keponakannya itu sambil membuka kembali baju atas dan behanya. Terliat lagi sepasang payudara indah itu. Bambang pun mulai mengocok sambil membelai2 payudara tersebut. Suatu pemandangan yang ganjil bagi kami saat itu tapi sangat merangsang. Akhirnya Bambang pun keluar. Spermanya muncrat dengan deras menyirami payudara dan sebagian wajah tantenya tersayang itu. Kami tertegun tidak berkata apapun melihat itu. Tante menyeka sisa2 sperma sambil tersenyum2 simpul. “dasar ABG” kerlingnya lagi.

Kamipun beres2 dan pulang setelah itu.

Semenjak hari beruntung itu, pada setiap hari-hari tertentu dalam seminggu kami pasti berkunjung kerumah tante Ayu tentunya jika oom harso tidak ada. Tante Ayu senantiasa menyambut kami dengan ramah dan penuh perhatian. Beliau tidak pernah mengecewakan kami. Menyusui kami dengan sabar satu persatu. Tidak pernah sejenakpun kami merasa bosan dengan buahdada dan putingnya yang selalu mengacung tegang tiap kali kami mainkan. Setelah waktu berlalu, tante mulai memperlunak sikapnya. Beliau tidak lagi marah bila kami menekan-nekan pistol kami di selangkangannya. Hisapan kami pun tambah bervariasi. Bambang suka menjilati sekitar putting, aku suka menggesekkan bibirku ke seluruh permukaan payudara beliau yang sangat halus tersebut, dan Eko senang sekali membenamkan wajahnya ke antara ke dua gunung kembar tersebut. Tangan kami pun makin hari makin liar, dan tante seperti nya sudah capek menjaga tangan kami sehingga akhir2nya beliau pasrah saja dengan kenekadan dan kejahilan tangan2 kami dalam menjamah bagian2 sensitif tubuhnya. Dimulai dg Bambang. Akhirnya km semua pernah merasakan mengobel vagina wanita bersuami itu. Akhirnya kami semua bisa merasakan anatomi vagina tante ayu mulai dari labia, klitoris, sampai masuk-masuk ke dalam ke rahim, alangkah indahnya. Suara menjerit dan merintih tante setiap kali jari kami menyelip masuk diantara kedua paha mulusnya terdengar sangat merdu dan menggoda. Namun semua itu kami lakukan tanpa sekalipun dibolehkan meliat langsung ke arah vagina teresbut. Sampai selama itu, senakal2nya kami, kami tetap menjaga kehormatan tante Ayu dan tidak mencoba2 mengusik daerah terlarangnya walaupun keinginan kami untuk melakukannya sudah memuncak sampai ujung kepala.

Adalah Bambang yang mula2 mencetuskan keinginannya melihat kemaluan Tante Ayu. Semula kami kita tante akan marah tapi ternyata tante menanggapi permintaan kurang ajar Bambang itu dg tertawa geli.

“ya ampunn, buat apa sih Bambang? Kalian kan dah puas korek2 itu?”
“kepingin aja tante, aku belum pernah liat soalnya hehehe..”
“terus kalo dah liat mau ngapain?”
“ya nggak ngapa2in, mau liat ajaa” kami tegang sekali mendengar pembicaraan tersebut. Kami takut sekali tante marah dan mengadukan kami kepada Oom harso.

Akhirnya terjadi juga. Sambil tersenyum2 menggoda, tante melepaskan celana dlmnya dan perlahan2 memperlihatkan kpd km utk pertama kalinya benda yang saat itu kami impi2kan untuk melihatnya. Km hampir berteriak saking senangnya. Namun tentunya kami tidak berani berkata apapun selain menahan nafas. Kemaluan kami yang pasti sudah tidak tertahankan lagi sedang tegang2nya di dalam celana masing2. Tante Ayu tentunya menyadari keadaan ini. Ia tersenyum simpul menyadari reaksi kami sambil mengelus2 sisi2 dari kemaluannya yang tidak tertutup bulu.

“Apa bagusnya sih benda begini aja?” godanya.

Kami tidak mendengarkan dan terus saja melotot memandangi sela paha yang sama sekali tidak tertutup itu.

“udah ya?” kata tante ayu sambil pura2 hendak menaikkan celananya lagi.
“Beluuum’!!” serentak kami berteriak.
“udah dong anak2, ini punya oom kalian lhoo. Tante kan malu. Lagian nanti kalo ada yang masuk gimana?” rajuknya.
“kita pindah ke kamar aja ya tante” pancingku untung2an. Mulanya tante gak ragu.
“ihhh kamu genit yaa, awas yaa, tp tante sih mau aja, tapi awas jangan lupa daratan ya di kamar. Tante mau kalian jaga tante. Tante sudah berikan banyak buat kalian lho’
“iya tante’ kami manut2 saja. Tapi tentunya kayalan kami melayang ke mana2.
“Tante mau deh pinjamkan tubuh tante. Puaskan imaginasi erotis kalian dg tubuh ini. Satu hal yang tante minta, kalian janji mau jaga kehormatan tante?”
“iyaaa tanteeee” serempak kami menjawab. Dengan girang Bambang mengambil inisiatif menggendong tante ke dalam kamar. Di dalam kamar kami melemparkan tante ayu ke ranjang.
“auuwwww, ya ampun” pekik tante ayu. “ranjang tante dan oom kalian ini lho, kalian hati2 ya ponakan2ku tersayang. Tante gk mau kalian melewati batas apalagi di ranjang oom kalian dan tante yaaa”. Sekarang terlihat tante agak kuatir. Maklum suasana malam itu sepi sekali.

Kami hanya senyum2 saja. Mata kami nanar meliat pemandangan yang sangat luar biasa kali ini: tante ayu telanjang bulat!! Tubuhnya telentang di atas kasur pasrah dengan kenakalan bocah2 ini. sangat putih lagi montok, mulus dan sangat menantang hasrat kelakian kami. Pahanya tidak lg tertutup memperliatkan gundukan daging tertutup bulu yang seakan menantang kami untuk menerobosnya dgn penis2 liar kami. Jantung km berdegup tidak menentu. Harapan kami bertiga saat itu sama: agar om harso tidak cepat pulang.

Kali ini Eko yang duluan naik ke atas ranjang. Terliat tante agak grogi meliat tubuh Eko di atas tubuhnya yg telanjang di ranjang.

“aduh Eko, hati2 sayang, Eko, auhhh, hati hatiii…’’

Tante agak panik ketika berapa kali kepala penis Eko tergesek diatas bulu2 kemaluannya ketika anak tanggung itu sedang memperbaiki posisinya.

Eko melirik ke arah kita dengan pandangan agak nakal. Kami menangkap sinyal yang dilemparkan eko namun belum berani memutuskan apa2. Maklum. Ini semua terlalu beresiko, kami tidak yakin apakah tante ayu akan tetap sebaik sekarang kalau kami melangkah lebih jauh dari biasanya.

Untuk sementara, Eko menuruti kata-kata tante untuk menghindarkan penisnya tergesek ke benda ‘keramat’ itu. Tante pun mulai kembali relax. Ia mulai ‘memperlakukan’ Eko dengan baik. Ia biarkan anak tanggung itu merangkah di atas tubuhnya dan menjilati seluruh permukaan payudaranya. Eko menikmati licinnya kulit payudara tante dengan jilatan2 lembut dan sangat perlahan. Saat menyentuh putting tante, eko tambah memperlambat gerakan lidahnya dan memutari putting tersebut dengan gerakan melingkar2 dengan ujung lidahnya. Sesekali ia menyapu putting tersebut dengan suatu jilatan halus. Terlihat tante ayu meregang. Badannya sesekali melengkung ke atas menggelinjang menikmati jilatan2 eko yang mulai pintar itu. Eko menangkap reaksi baik tante ayu itu dan memindahkan tangan kirinya ke antara paha tante. Mula2 ia membelai2 bulu2 tersebut dengan sangat lembut, kemudian jari tengahnya mulai menyelip. Dan bless, dalam tempo bbrp milisecond kami menyaksikan jari tengahnya menghilang di antara bulu2 halus dan tipis tersebut, menerobos di gundukan daging imut melalui celah2nya. Tante ayu menjerit halus. Namun sempat cekikikan geli. Kami menganga, adegan itu membuat adik2 kecil kami berdiri dengan tegangnya dan tidak seperti biasanya, kami tidak buru2 ingin rekan kami menyelesaikan gilirannya. Kami pun tidak habis pikir mengapa Eko kali itu sangat sabar dan cukup canggih memancing reaksi tante!

Tante keliatan bimbang. Dia mulai berontak namun tiap kali jari Eko meneborobos, matanya mendelik ke atas. Tindakan preventif tante adalah dia menutup pahanya dan membelokkannya ke samping sehingga remaja tanggung itu tidak bisa mengarahkan penisnya di antara selangkangan wanita berusia jauh di atasnya itu. Namun Eko tidak buru2 keliatannya. Dia benamkan berkali2 jarinya, sampai basah sekali.

Bambang berkali2 meliat ke luar jendela meliat ke pagar. Jelas dialah yang paling panik dari semua di antara kita, karena yang sedang dikerjain adalah tantenya sendiri. Ruangan ber AC tp kami berempat berkeringat. Apalagi Eko dan Tante Ayu. Mereka terus bergumul di saksikan mata melotot saya dan bambang. Tiba2 bambang menghentikan aksinya, bangkit dan berdiri begitu saja di samping tempat tidur, Penisnya yang sudah sangat bengkak terjuntai begitu saja tepat di samping badan tante Ayu. Tante yang sintal itu ikut heran seperti kami.

“sudah eko? Kamu kenyang ya?” kami tahu maksud tante dengan kenyang adalah puas tp tidak enak dia menggunakan kata itu. Tentunya dia heran karena Eko belum ejakulasi. Dan dia pasti maklum, kali ini sasaran kami adalah sampai ejakulasi tidak seperti biasanya. Walaupun untuk mengharapkan ejakulasi di dalam vagina tante ayu masih terlalu muluk bagi kami saat itu.

Eko hanya tersenyum-senyum saja. Dia menelan sisa2 susu tante ayu yang masih ada dalam mulutnya. Tante bangun dari posisi telentang, ia mengambil kain di sisi tempat tidur dan menyeka payudaranya. Kami semua terdiam tidak tahu apa yang harus kami lakukan saat itu. Nafsu binatang sudah memuncak sampai ke ubun2 kami semua. Bahkan Bambang keliatan sudah tidak perduli lagi hubungan darahnya dengan tante ayu. Kami bertiga tertegun memperhatikan tante ayu yang masih telanjang bulat itu selama beberapa menit.

Tiba2 Eko memeluk tante ayu. Tante yang tidak curiga tersenyum manis dan memeluk balik anak tanggung itu.

“kamu udah ya gilirannya? Sekarang gantian sama Bambang atau Wawan ya?”

Eko mengangguk2. Namun tangannya meremas payudara tante sekali lagi. Tante memegang tangan nakal itu dan memindahkannya ke perutnya.

“Sudah ya sayang. Cukup ya. Kasian yang lain kepingin juga tuh”. Eko dalam tempo bberapa detik memindahkan balik tangan tante ke penisnya dan memberi tanda ke tante untuk mengocoknya. Lagi2 tante dengan sabar tersenyum dan menuruti. Mungkin dengan demikian ia pikir Eko akan cepat keluar dan menyelesaikan ‘penasaran’nya pada tubuhnya yang bugil total saat itu. Mungkin itu juga dalam rencananya ke pada aku berdua Bambang. Supaya cepat selesai dan kami cepat keluar dari rumahnya. Namun dugaannya meleset jauh. Nafsu yg sudah memuncak Eko memberinya keberanian utk membaringkan Tante Ayu sekali lagi.

Tante yang keliatan masih bertanya2 mula2 menurut. Namun ketika Eko menggunakan tangannya mengangkangkan kedua pahanya. Ia berontak dengan keras!

“Eko!! Mau ngapain kamu????” jeritnya tertahan. Karena saat itu, tangan Eko yang satu menekan tangan kiri tante ke tempat tidur dan menggiring penisnya mengarah kepada kemaluan tante yang sudah keliatan basah. Aku dan Bambang bengong tanpa mampu berbuat apa2. Sebagian dari pikiran kami panik takut sekali ini akan jadi peristiwa pemerkosaan dan kami akan terlibat di dalamnya. Sebagian lain dari otak kami, menginginkan Eko membuka peluang itu untuk kami juga. Tak ada seorang pun di antara kami yang sanggup menahan godaan seksuil memandang tubuh yang selama ini hanya ada dalam khayalan kami itu dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun. Tanpa saling bicara kami sadar dalam hati bahwa kesepakatan kali ini hanya satu: menikmati tubuh itu bergantian!

Namun sekuat2nya tante ayu melawan, tenaga eko lebih kuat. Dengan memaksa ujung penis eko mulai menguak celah surgawi milik istri om harso itu. Kami hampir tidak berani meliat. Ketegangan, ketakutan, bercampur dengan harap2 cemas bahwa tante akan menyerah saja dan setelah itu kami mendapatkan giliran kami masing-masing. Yang kami lihat saat itu ialah tante yang pucat pasi dan panik luar biasa. Namun karena tenaganya sudah mulai habis, perlawanannya pun melemah. Usaha terakhirnya ialah mendorong dada eko sekuatnya. Namun ekok sudah kerasukan. Kepala helm terus merangsek masuk senti demi senti.

“oh my god oh my god, eko, eko, sadar sayang, eko, elin elingggg… nggggghhhh. Eko itu masuk, masuk sayang. Please udah udah, tante mohon sayang, eko ya ampun, ekoo ampunnnn dehhhh…. ohhhh.. om bentar lagi pulang eko… udah yaaaa… auuuuuuwwww ekkkkoooo…. “ kami meliat ujung penis eko sudah mulai menghilang. Astagaaaaa. Seakan kami tidak mempercayai apa yang kami liat malam itu. Eko berhasil melakukan sesuatu yang selama ini hanya mimpi! Eko benar2 pahlawan kami saat itu.

Seiring dengan melesaknya si jagoan kecil eko, mata tante mendelik2 sehingga cuma keliatan putihnya saja. Hidungnya kembang kempis, nafasnya tambah memburu. putingnya yang selama ini memang sudah memunjung posisinya tambah memunjung ke atas. Siapapun yang melihat dia dalam posisi ini pasti akan terangsang dan mungkin akan join dengan eko untuk mengerjainya. Keberanian tante bermain dengan resiko selama ini menjadi bumerang. Akhirnya ia harus termakan kenakalannya sendiri yang dimulai dari niat flirting saja. Seorg anak tanggung berhasil mempenetrasinya!!! Ini adalah ganjaran yg mgkn akan disesali tante Ayu seumur hidupnya. Sisa-sisa tenaga tante ayu mungkin tidak cukup lagi untuk menghentikan Eko. Eko mulai mencumbu wanita yang jauh lebih tua dari mereka itu. Ia menciumi leher tante ayu, dan menjilati dadanya. Tangan tante ayu direntangkan dan dia terus menekan masuk sepnuhnya masuk dalam liang pertahanan terakhir tante ayu. Tante ayu pun menjerit ckup kencang kali ini. Ia melenguh sangat panjang namun tidak bisa memungkiri kenikmatan yang diperolehnya dari kenekadan pemuda yang tidak sampai setengah umurnya dari dia tersebut.

“ekkkooooo, gila kamu sayang… owwww… itu masuk semua.. Ya ampun Eko, what the hell are you doing… ekkoooo jangan sayanggggg, oh God, you’re fucking me Eko, please stoppppp….” . dan blesssss… kami mnahan nafas.

Eko sejenak terdiam. Ini berhenti dalam posisi penisnya terbenam seluruhnya sampai ke pangkal rahim tante. Terasa ujungnya menyentuh dinding2 hangat yang sangat nyaman rasanya. Ia menghentikan aksi dorongnya krn sudah tidak bisa mendorong lagi. Semua terdiam . kami menunggu reaksi tante selanjutnya. Eko mulai tampak bimbang dan takut. Mungkin ia menyadari kenekadannya saat itu dan resiko besar yg akan diterimanya bila tante marah dan memutuskan melaporkan kami ke om Harso atau lebih parah, polisi!! Posisi mereka tetap sama, eko menindih tante dari atas dan penisnya tertancap dalam2.

Setelah bbrp menit, tante mulai buka suara. Ia mulai keliatan tenang dan berusaha menguasai diri.

“eko, km sadar gk kamu lagi apa sayang? Km udah gaulin tante sayang” suaranya lirih dan lembut namun terdengar sedih. Dibelainya rambut remaja tanggung pertama yg berhasil melakukan hal tabu thd dirinya itu.
“enggg, iya tante” wajah eko keliatan ketakutan sekali dan penuh rasa bersalah. Namun dia tidak mau menarik penisnya dari dalam liang tante. Tante mendorong Eko perlahan, penis Eko pun tercabut dari liangnya. Flop!

Mereka berdua tetap duduk di ranjang. Perkataan tante Ayu selanjutnya membuat kami shock dan tidak akan kami lupakan seumur hidup kami.

“ya sudah. Kalau ini yang kalian mau, tante cuman bisa pasrah. Eko sekarang kamu lanjutkan saja ya, selesaikan apa yg km dah mulai. yang lain ke luar dulu. Tante akan puasin kalian satu persatu. Tante rela kok. Asal ini menjadi rahasia kita berempat”

serasa petir di siang bolong pernyataan itu. Saya dan bambang termangu seperti orang bego namun perlahan menurut dan beranjak meninggalkan ruangan.

“Bambang dan wawan, tolong liat2 ke luar, tante takut om pulang tiba2”

Kami pun menunggu di luar pintu kamar. Sambil berjalan ragu ke luar kamar, kami sempat menengok ke belakang, Eko beranjak naik ke kasur sementara tante menunggu pasrah. Nampaknya tante sudah putus akal gimana menghadapi kenakalan dan kekurangajaran kami bertiga. Mungkin dengan cara ini sajalah ia merasa kami tidak akan lagi kurang ajar besok2 terhadap dirinya. Cara yang sangat menguntungkan kami: melayani kami!

Ini lah titik paling berkesan dalam hidup kami dan kami sadari itu. Alangkah beruntung nya kami dan alangkah kasiannya Oom Harso, istrinya yang cantik jelita sebentar lagi akan dilahap 3 anak tanggung kurang ajar.

Dari dalam arah kamar terdengar suara rintihan tante dan erangan Eko. Gila tu anak, emang nekadnya jangan ditanya lagi deh. Tp hari ini segala kenekadannya membuahkan hasil. Siapa nyana dia berhasil menyetubuhi wanita secantik, semolek tante ayu? Bahkan untuk mengkhayalkan saja untuk kami sudah terlalu muluk saat itu. Kami berusaha mengintip tp sulit sekali karena lubang angin di atas pintu terlalu tinggi dan lubang kunci terlalu kecil untuk dapat melihat jelas ke dalam. Dari balik lubang kunci kami hanya bisa melihat kaki Eko di antara kaki tante dan dalam posisi menggenjot tante. Ouch, Damn lucky bastard!! Pikir kami saat itu. Tak lama berselang, terdengar Eko menjerit tertahan. Hmm, selesai juga anak bedebah itu, pikir aku dan Bambang. Untuk beberapa lama Eko dan Tante terdiam. Kami tidak berani mengintip lagi takut mereka ke luar kamar tiba2. Tak lama berselang pintu di buka, Eko keluar dengan tampang lemas tapi puas.

“siapa lagi tuh?” Seringainya. Aku dan Bambang berpandang2an. Akhirnya Bambang memberikan kode kepadaku untuk masuk duluan. Dia masih tampak ragu berat melakukan hal ini walaupun kami semua tau dia sangat menginginkannya.

Dengan deg2an aku masuk ke kamar. Nampak Tante Ayu baru aja selesai basuh2 dari kamar mandi. Ia mengerling ke arahku dengan wajah sendu.

“kamu mau skarang? Tapi pelan2 ya, tante masih capek.”

Aku cuman mengangguk. Tante memeluk aku dan mencium keningku.

“Mudah2an setelah ini, kamu gk ngelakuin ini sama siapapun seblum kamu nikah ya. Tante yakin tante akan menyesal tp tante melakukan ini karena tante sayang sama kalian.”
“iya tante’ Aku hanya mengangguk2, tapi tentunya tak sedikitpun mengindahkan ucapan itu. Selagi ia memeluknya, pandanganku hanya ke arah dadanya yang membusung indah dan hanya ditutupi daster tipis. Aah, Eko, hebat lo bisa merasakan tubuh ini pertama kali.

Setelah ‘wejangan2nya’ tante menuntunkku ke arah ranjang. Aku memeluknya dari belakang. Harum. Ia memegang pinggulku ke arah belakang. Aku melingkarkan tangah membelai perutnya. Aku menaikkan bagian bawah daster sampai ke pinggang sambil menciumi lehernya. Tanganku membelai pinnggangnya yg kecil dan liat, menyelipkan jariku di pusarnya. Mataku sesekali menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tidak ada perasaan bersalah sedikitpun melihat foto2 tante ayu, suami dan keluarganya. Akal sehatku mati, yg ada hanyalah keinginan untuk mencetak score pertamaku. Dan dengan wanita secantik dan semulus itu!!! Tanganku membelai bagian tengah pahanya yg sudah kembali terbalut celana dalam, meraba tekstur bulu2 halus itu dari balik celana dalam tipis merupakan pengalaman menarik tersendiri. Jariku mulai meraba ke arah ‘belahan bawah’. Hmm sudah mulai basah. Andai saat itu aku sudah pernah merasakan seks, tentunya aku akan terus melanjutkan foreplay dengan berbagai macam teknik, namun aku tak kuat. Secepatnya aku dotong badannya agar menekuk dan menungging di pinggir kasur. Aku pelorotin celana dalamnya. Yang aku liat skarang adalah belahan vagina yg tertutup bulu2 halus dan pendek. Aku terpana. Ini kah vagina pertamaku? Seindah ini kah? Pantat tante membulat sempurna, pinggangnya begitu kecil dan kencang, tidak sedikitpun seperti orang yg pernah melahirkan 2 anak. Aku memelorotkan celanaku sendiri dan blesssss… aku seakan hendak berteriak kencang namun bisa mengontrol diri, agar tetangga tidka mendengar. Tante berusaha meraih kepalaku ke arah belakang punggungnya, sehingga badannya agak meliuk. Aku mulai menggenjot, struktur kulit dan tulang di dalam vagina benar2 baru bagiku saat itu. Aku menggenjot dan menggenjot. Namun tidak sampai 5 menit, semprotan kencang spermaku tidak dapat lagi aku tahan. Aku menyemprot dan menyemprot sampai tetes terakhir, semua nya di dalam, tak satupun yg aku keluarkan. Vagina tante berdenyut kencang sekali, mencengkram penisku seperti memerasnya. Tak lama aku terkulai lemas. Tante mengambil tissue dan mengelap liang vaginanya.

“aduuh,, supply nya banyak sekali protein murni deh buat tante hari ini”

wajahnya tetap jenaka, aku memandang tubuhnya sekali lagi seakan tidak percaya. Tante mencium kening ku sekali lagi.

“udah sayang?”

Aku tersenyum lemah.

“sudah tante’

“ok, kamu sekarang basuh2, terus panggil bambang ya. Lupakan apa yang barusan terjadi. Tante senang kamu menikmatinya, tante ingin kamu kenang barusan sebagai sex pertama kamu, tp bukan dengan tante’ aku hanya mengiyakan.

Giliran selanjutnya tentunya bambang. Aku menyuruhnya masuk, dan menunggu di luar dengan eko. Di luar dugaan, bambang berada di dalam lama sekali. Hampir satu jam. Belakangan dia baru cerita justru anti klimaks, tidak bisa ereksi, mungkin karena terlalu tegang dan merasa kikuk serta bersalah. Namun akhirnya berhasil dengan ketelatenan tante Ayu yg sangat tenang dan cool malam itu. Kami benar2 mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Setelah bambang selesai, hampir satu jam kami duduk2 di ruang TV menonton acara komedi. Namun pikiran kami tak satupun yang tau apa isi acara. Terbayang pengalaman luar biasa ygn baru terjadi.

Ketika aku kuliah, sempat sekali pulang dan menelpon tante Ayu, dia sudah anak 3, bambang dan Eko sudah pindah jg. Eko ke Melbourne melanjutkan kuliah malah. Aku janjian dengan tante di KFC dekat rumah tante. Pulangnya aku menjemput anak bungsu tante ke sekolah dengan tante jg. Sesampai di rumah, anak itu langsung makan dan tidur siang. Aku melahap tante Ayu sebagai nostalgia, pinggangnya sudah lumayan besar dan badannya agak kendor namun jangan tanya berapa orgasme yang aku dapat sore itu.